Home POLITIK Sulistianto & Karim Mengapa ‘Dilepas’?

Sulistianto & Karim Mengapa ‘Dilepas’?

63
0

LANGKAT (podiumindonesia.com)- Ada pemandangan menarik saat gelaran pesta di Gedung MABMI Langkat, Senin kemarin. Terpantau, sejumlah calon kepala daerah duduk bersama di meja bundar khusus tamu istimewa. Beralaskan taplak warna hijau, tokoh politik Bumi Amir Hamzah saling umbar senyum. Siapa sajakah mereka?

Adalah calon Wakil Gubernur Sumut dari Partai Golkar, H Ngogesa Sitepu, calon Bupati (Cabup) Langkat Sulistianto, Johar Arifin, Drs Abdul Karim MAP, Syah Afandin alias Ondim, dan dr Indra Salahudin. Tegur sapa sembari melempar tawa tersibak seketika. Apa yang diperbincangkan para kandidat di sana?

Walau bukan tersurat, namun dari isyarat pertemuan itu tergambar bincang kecil menghadiri pesta anak buah Bupati Langkat H Ngogesa Sitepu. Tampak pertama hadir sang Bupati Ngogesa Sitepu, Sekda dr Indra Salahudin, Abdul Karim.

Selanjutnya disusul Wabup Langkat Sulistianto, Johar Arifin dan terakhir Ketua DPW PAN Sumut Syah Afandin alias Ondim. Hanya saja, dari rekaan itu seolah terpublis ada indikasi bersua jelang Pilgubsu dan Pilkada Langkat yang digelar pada Juni 2018 mendatang. Apalagi tiga pejabat teras Pemkab Langkat dikabarkan turut ambil bagian dalam pertarungan pesta demokrasi lima tahunan itu.

Secara harfiah ada tiga pejabat teras Kabupaten Langkat bakal meninggalkan jabatannya. Sulistianto (Wabup Langkat periode 2013-2018), dr Indra Salahuddin (Sekdakab Langkat) dan Abdul Karim (Assisten I). Malahan info teranyar menyebut, ketiga pejabat teras Pemkab Langkat itu telah mendapatkan restu dari Bupati H Ngogesa Sitepu meninggalkan kursi empuknya.

Bisa jadi dengan alibi, bahwa ketiga pejabat teras Pemkab Langkat juga sebagai pintu masuk Ngogesa dalam meraih Sumut Dua. Artinya, ada sedikit ‘amunisi’ segar dengan hadirnya tiga kandidat anak asuh Ngogesa Sitepu merebut posisi strategis Langkat Satu.

Demikian setidaknya temu ramah petinggi Pemkab Langkat di pesta isyarat ‘strategi meja bundar’ yang tampak. Akankah strategi berjalan mulus atau malah blunder? Semuanya perlu telaah lebih mendalam, namun sekilas begitulah adanya.

Ya, seperti diketahui Partai Golkar telah mensahkan Ngogesa sebagai orang kedua mendampingi HT Erry Nuradi. Sulistianto dan Abdul Karim serta Johar Arifin maju lewat jalur independen. Sedangkan Sekda dr Indra Salahudin dikabarkan maju dalam Pilkada Langkat, digadang-gadang berpasangan dengan Ketua DPRD Terbit Rencana Perangin-angin.

Telusur PODIUM, sejauh ini ada enam kandidat pasangan terlihat di permukaan. Sulistianto (Wabup Langkat periode 2013-2018) berduet dengan Abdul Aziz (ulama & akademisi). Mereka memilih jalur independen. Bahkan pasangan ini mengklaim sudah mengantongi 53 ribu KTP dukungan. Selain itu Johar Arifin dan Zulkifli juga menasbihkan diri lewat jalur perseorangan Pilkada Langkat mendatang.

Sedangkan tiga kandidat lagi bertarung dengan ‘perahu’ mesin partai politik (Parpol). Yakni, Ketua DPD Golkar Langkat Terbit Rencana PA. Terbit juga disebut-sebut menggendeng dr Indra Salahudin (Sekdakab Langkat). Selanjutnya ada nama Rudi Hartono Bangun (anggota DPR-RI) dan Ketua DPW PAN Sumut Syah Afandin alias Ondim.

Bagaimana dengan partai pemenang Pemilu 2014-2019, PDIP? Keterangan diperoleh PODIUM, kemungkinan Rudi Hartono Bangun akan dipasangkan dengan Sekretaris PDIP Langkat Sugiono. Pasalnya, Rudi Hartono Bangun yang notabene kader Partai Demokrat tersebut, seperti digembar-gemborkan telah mendapat dukungan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan partai-nya Megawati Soekarno Putri.

Beranjak dari dukung mendukung itu, besar kemungkinan Rudi bersinerji dengan Sugiono duduk sebagai wakil. Partai berlambang Mersi ini mendapat 8 kursi di DPRD Langkat, sementara PDI Perjuangan sekitar 6 kursi. Apabila Rudi dan Sugiono sepakat, dengan modal 14 kursi keduanya bisa melenggang mencalonkan diri.

Sedangkan Ketua DPD Partai Golkar Langkat, Terbit Rencana PA masih malu-malu mendeklarasikan pasangannya. Dengan posisi 11 kursi di DPRD Langkat, partai berlambang Pohon Beringin itu tengah di atas angin. Hanya butuh satu partai gurem untuk mendukungnya sebagai syarat validitas pencalonan 12 kursi di DPRD Langkat.

Menariknya lagi, ada sejumlah kalangan ingin mendampingi Terbit Rencana PA yang juga Ketua DPRD Langkat. Di antaranya Beby Syamsul Arifin tak lain putri Dato’ Syamsul Arifin. Kemudian dr Indra Salahudin dan Abdul Karim. Sepertinya Ketua Cana menginginkan sang pendamping berasal dari etnis Melayu. Seolah pasangan Karo-Melayu menjadi pesaing bagi yang lainnya.

Dari ulasan strategi meja bundar di atas, ada satu partai besar yang terlupakan. Yakni Partai Gerindra. Bagaimana kans partai gawean Prabowo Subianto di tengah Pilkada Langkat?

Meski belum terekam sejauh ini, tapi partai berlambang Burung Garuda tersebut berharap Dedek Pradesa masuk dalam skema permainan. Lewat jatah lima kursi di DPRD Langkat, Partai Gerindra pastinya berusaha turut andil menggolkan kader terbaiknya untuk pencalonan. Paling tidak ada dua partai lagi yang diajak joint agar bergabung di Pilkada Langkat mendatang.

Kuda Hitam

Belajar dari Pilkada sebelumnya, dua kepala daerah menang di jalur independen pada pesta demokrasi di Sumut. Pemilihan Walikota Tanjungbalai pada 2015 lalu, M Syahrial-Ismail Marpaung mengalahkan para seteru lewat ‘perahu’ partai politik.

Begitu juga halnya Pilkada Batubara 2013 lalu. Bupati OK Arya Zulkarnain dan Harry Nugroho menguasai Batubara. Namun sayang, limit masa jabatan 2018, OK Arya Zulkarnian terjaring operasi tangkap tangan (OTT) KPK.

Dengan kondisi bahwa jalur independen bisa menang, ada laiknya pasangan Sulistianto dan Abdul Aziz mengikuti jejak politik di dua daerah tersebut. Seiring sumber PODIUM menyebut, Abdul Aziz telah memberi ‘lampu hijau’ untuk berjuang bersama Sulistianto (Wabup Langkat periode 2013-2018).

Menyangkut track record, Abdul Aziz yang berkecimpung di bidang religi selaku pemuka agama di Langkat, pria bersahaja ini juga dikenal pernah bertarung di Pilkada 2013 lalu. Ya, jalur independen juga menjadi pilihannya.

Dan itu terbukti nyata. Dosen salah satu perguruan tinggi negeri ini meraih suara cukup mumpuni. Dari empat pasangan terdahulu, Abdul Aziz yang saat itu bergandengan dengan Sutiarnoto mampu meraih 46.651 atau 11,36%.

Klaim dukungan yang dimiliki Abdul Aziz saat ini menunjukan bahwa pendukungnya tetap solid. Begitu juga halnya kalau ditilik dari perpecahan suara yang bakal terjadi di Pilkada 2018 mendatang.

Suara Budiono-Abd Khair, 98.360 atau 23,95% (Pilkada 2013), diperkirakan akan menyeberang ke pasangan Sulistianto-Abdul Aziz. Diperkirakan sekira 60%. Sedangkan suara Ngogesa Sitepu-H Sulistianto dengan perolehan 256.896 atau 62,56% (Pilkada 2013), juga diprediksi pecah.

Secara matematis, kemungkinan sekira 25% suara juara Pilkada Langkat 2013 lalu bakal beralih ke Sulistianto-Abdul Aziz. Jadi, andai kalkulasi benar adanya, maka disinyalir Sulistianto-Abdul Aziz akan menang satu putaran dengan keunggulan 170 ribu suara. Angka fantastis untuk pasangan calon independen.

Di sisi lain, kebijakan Sulistianto berduet dengan Abdul Aziz, banyak yang menilai sangat tepat. Sebab, Abdul Aziz memiliki pengalaman duel tanpa ‘perahu’ dan punya massa fanatik di pinggiran Kabupaten Langkat.

Terpopuler

Info tersebar di lapangan, Abdul Aziz kini menjadi Wakil Bupati pilihan terpopuler di Langkat. Bahkan sebelumnya, salah satu calon Bupati Langkat dikabarkan lebih dulu mendekati Abdul Aziz.

Itu tadi, ketokohan Abdul Aziz sangat dikenal di masyarakat terutama kawasan pesisir Langkat. Rangkuman PODIUM dari beberapa situs, bahwa sejak gagal meraih Langkat Satu, Abdul Aziz langsung move on. Kandas di 2013, dua tahun berselang tepatnya 2015 Abdul Aziz sudah bergerilya ke sejumlah desa/kelurahan di Kabupaten Langkat.

Strategi jitu blusukan ke kampung-kampung, memberikan ceramah dan menyenangkan hati masyarakat. Dari blusukannya Abdul Aziz tersebut mendapat dukungan. Bahkan, kata situs itu, masyarakat arus bawah siap memberikan KTP demi dirinya.

Pastinya kekalahan, menurut Abdul Aziz adalah suatu pembelajaran berharga. Bukan harus merenung di ujung masa, tapi bangkit menatap ke depan.

Dikatakannya lagi, kekalahan merupakan kemenangan tertunda. Untuk itu Abdul Aziz sama sekali tak memikirkan kekalahan bertarung pada lima tahun silam.

“Kita harus tulus bersaing, tidak cengeng karena kalah dan bangkit seketika,” ujar suami dari Ernita Syahputri SPd ini.

Abdul Aziz bukanlah hidup bergelimang rupiah. Terlahir dari pasangan seorang petani dan nelayan. Namun ketekunan serta keuletan menimba ilmu hingga membuatnya berhasil. Tak jarang masa itu, dia kerap membantu orangtuanya berladang.

Putra daerah kelahiran Secanggang ini sejak dulu bercita-cita membangun Langkat. Ayah, Ibnu Rahabi (Ngah Inu) dan ibunya Kamaliah (Alang Upik) merupakan berdarah Melayu asli. Sehingga masyarakat Langkat tak sungkan lagi untuk mengenal keluarga ini.

Kata Abdul Aziz, rasa optimis membuatnya merasa tetap berkeinginan merengkuh kursi Langkat Satu pada 2018. Abdul Aziz menyebut dirinya tak mau pasrah serta berpangku tangan. Apalagi pasrah merupakan salah satu hal yang sangat dibenci Allah SWT.

“Usaha, ikhtiar dan berserah kepada sang pencipta, itu saya rasa merupakan langkah terbaik,” tukas ayah dua anak ini.

Kenapa tidak menempuh jalur partai politik? Nah, dengan lugas dia mengatakan andai memilih jalur parpol, banyak risiko yang harus dipikirkan. Termasuk salah satunya ‘utang’ politik dan tunduk terhadap aturan serta peraturan yang ada.

Tak hanya itu, kelayakan seorang pemimpin menomorduakan parpol yang mengusungnya saat duduk menjadi pejabat, sangatlah kecil. Sebab masih utang budi kepada parpol pengusung. Dan itu telah banyak terbukti.

“Tapi kalau dari jalur independen, hidup kita seluruhnya diserahkan untuk kepentingan dan kemaslahatan umat. Namanya saja itu duduk sebagai orang nomor satu, tapi akal dan pikiran tetap mendominasikan parpol, bukan masyarakat,” tegasnya.

Belum lagi mahar yang harus diberikan kepada parpol pendukung. Nominalnya bisa ratusan juta hingga miliaran rupiah. Lepas itu diprediksi akan jadi ‘sapi perah’ parpol sehingga harapan dan cita-cita yang dari awal digembar-gemborkan akan sirna.

“Jadi menurut saya banyak dampak negatifnya kalau kita maju lewat jalur politik. Yang penting kita harus bermasyarakat, mendekatkan diri kepada pendukung dan harus bekerja keras. Inilah yang namanya perjuangan. Solid di tim, jangan ingkar janji, tetap berdoa serta berserah diri pada Yang Kuasa,” tukasnya.

Manyangkut slogan ‘Mendai Tenan’, Abdul Aziz sedikit memaparkan. Katanya, ‘Mendai Tenan’ itu merupakan singkatan. Yakni Muda dan jujur, Enerjik dan tidak korupsi, Niat tulus, Doa, Agamais, Intelektual, Teman semua suku dan semua agama, AN Langkat asli.

“Itu paduan kata bahasa Melayu (Mendai) dan Tenan (Jawa),” ujar ayah dari Annisa Fatimah Azzahra serta Ahmad Abdullah Assiddiq ini.

Nah, sinyal berpasangan dengan Sulistianto juga telah terlihat jelas. Sebagaimana slogan Sulistianto terpajang ‘Wes Ike Wae, Mendai’. Dari situ dikaitkan bahwa Sulistianto telah menggendeng Abdul Aziz sebagai wakilnya. Bahkan slogan tersebut sesuai harapan Abdul Aziz dengan mengusung Jawa-Melayu dalam pertarungan nanti.

Memang, aku Abdul Aziz, sejak kalah dalam pertarungan lalu, dirinya tetap dekat dengan masyarakat. Selain menyebarkan syiar Islam dengan mengisi ceramah, sekaligus ramainya pendukung menginginkan dirinya maju di Pilkada 2018.

Tak hanya itu, sejak awal (Pilkada) lalu, dia telah berkomitmen untuk tidak mengambil gaji sebagai kepala daerah. Semua diserahkan kepada kemaslahatan umat.

“Yang penting masyarakat mendukung dan saya insyaallah maju di Pilkada mendatang,” tukasnya.

Seperti diketahui, selama ini Abdul Aziz tak hanya bergerilya ke masyarakat saat mencalonkan diri sebagai petarung di Pilkada. Tapi juga kegiatan mendekatkan diri itu telah menjadi ‘makanannya’ setiap hari.

Tersiar di blog salah satu pendukungnya, terakhir (April 2017) Abdul Aziz mengisi ceramah di Desa Suka Jaya, Besitang Langkat, Desa Alur Melati, Sawit Seberang, Desa Simpang Tiga, Sawit Seberang, Desa Tanjung Keriahan, Serapit, Desa Aman Damai, Serapit, Perkebunan Bukit Lawang, Bahorok, dan Desa Lau Mulgap, Selesai Langkat.

“Perlu digarisbawahi bahwa saya dekat dengan masyarakat tak hanya saat maju di Pilkada, tapi itu merupakan kegiatan rutin saya,” tandasnya.

Menurut pengamat politik, M Jend Edward Hutabarat, dengan banyaknya nama yang muncul, tentu akan menguntungkan masyarakat. Karena ada banyak pilihan bagi masyarakat untuk menentukan siapa calon pemimpinnya yang pantas dan layak dipilih.

Namun, dari sekian banyak nama tersebut, M Jend hanya menjagokan lima bakal calon Bupati dan Wakil Bupati Langkat yang akan bertarung di Pilbup Langkat 2018 mendatang. Nama-nama yang dijagokan itu adalah Ketua Cana, Sulistianto, Rudi Bangun, Ondim dan Abdul Aziz. Merekalah yang akan bertarung untuk memperebutkan tiga tiket sebagai bakal calon Bupati Langkat mendatang.

Lalu, bagaimana dengan nama-nama yang lain? Sambil berdiplomasi, M Jend mengatakan, yang lain ‘belum serius’ dan hanya coba-coba untuk mencari respon dan simpati masyarakat. Atau, ada juga yang serius, tapi sulit untuk bersaing mendapatkan sampan, karena sampan yang ada memang terbatas.

“Ya, sampan yang tersedia kan terbatas. Apalagi, diperkirakan Cana akan memborong banyak partai agar tidak ‘merapat’ kepada bakal calon yang lain,” ujarnya saat bincang-bincang dengan para wartawan, di Stabat Coffee, beberapa waktu lalu.

Terpisah, Ketua TS 10 Center Kabupaten Langkat kepada PODIUM, Junifer Efendi mengatakan para calon yang bertarung harus punya niat, punya modal dan punya massa. Punya modal pun kalau tak bisa memberi tak ada gunanya. Dan jangan pula andai sudah duduk, jadi tak akrab lagi.

Nah, fenomena itu kerap menjadi sindrom bagi kepala daerah. Lupa siapa yang dulu mendukungnya, dan siapa orang berada di baliknya. Kadang pun memandang sebelah mata bagi mereka yang dulu berjasa kepadanya.

“Jadi sebelum maju lebih baik menakar diri dulu, berikrar menyalonkan diri bahwa para kandidat adalah bagian dari masyarakat,” sebut Junifer Efendi.

Artinya, calon bupati jangan terbawa latah mengedepankan nafsu belaka. Hanya karena ingin meraih kursi pejabat daerah segalanya dihalalkan.

Untuk Aziz sendiri, amatan Junifer Efendi mendapatkan simpati warga pesisir Langkat, wilayah Teluk Aru yang dulu merupakan basis suara Dato’ Syamsul. Lokasi ini diprediksi sulit dimasuki Ketua Cana.

Kini suara rakyatlah jadi pedoman, siapa terpilih dan terbuang di Pilkada mendatang. Sesuai Daftar Pemilih Tetap (DPT) dikeluarkan KPU, ada sekitar 714.017 suara menentukan nasib Kabupaten Langkat lima tahun ke depan. Jumlah itu yang akan diperebutkan kandidat dalam menarik hati mereka. (TIM/PI)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here