FENOMENA politisi kutu loncat atau gonta-ganti partai agaknya menjadi hal biasa menjelang Pemilu 2019, seperti terjadi beberapa prilaku politisi di Langkat. Gagal nyaleg di partai ‘A’ beralih ke partai ‘B’.
Misalnya Drs. Abdul Khair MM 2014 gagal diusung PBB menjadi Anggota DPRD Sumut dan calon Bupati Langkat tahun 2019 pindah partai PKB Dapil 12 Nomor urut 1. Demikian pula dengan politisi kutu loncat yang lainnya, ada dari PKS loncat ke Gerinda, Nasdem loncat ke Partai Berkarya, Demokrat pindah ke Nasdem.
Hijrahnya politisi ke partai lain menunjukkan tidak ada loyalitas, dan integritas. Realitas ini memperlihatkan pada kita sang politisi tak memahami arti kesetiaan. Fungsi dan kedudukannya tugasnya, terkesan hanya untuk kepentingan pribadi, bukan untuk partai.
Mereka berasumsi menjadi kutu loncat, bahwa partai politik adalah tempat merubah nasib. Fenomena munculnya kepermukaan politisi kutu loncat tak terlepas dari perekrutan caleg lebih mengutamakan uang dan popularitas semata. Dengan dua modal ini sang caleg diharapkan mendulang suara.
Akibat kaderisasi di tingkat ranting dan cabang tidak berjalan sebagaimana AD/ART partai maka tidak muncul kader yang ditempa dari nol. Banyak partai hanya melahirkan politisi karbitan, kenyataan ini membuat salah satu munculnya fenomena politisi kutu loncat.
Disisi lain pemilih dimanjakan dengan pemberian uang oleh para caleg. Kenyataan ini membuat masa pemilih mengambang tinggal lagi bagaimana menjaringnya.
Fenomena politikus berpindah partai membuktikan terjadi pragmatisme politik yang sangat luar biasa.
Kapan saja para politisi bisa pindah partai, padahal itu sama sekali tidak patut terjadi. Partai harus memibangun kader militant dengan melakukan kaderirasi dari pengurus ranting, anak cabang, cabang dan wilayah.
Karir berjenjang membuat kader mempunyai kesempatan untuk berkarir didunia politik. Dengan demikian partai politik tumbuh sehat, kenyataan inilah tak dimiliki partai politik di negeri ini, justru yang muncul partai sebuah dinasti.
Begitu kepengurusan baru terbentuk dan tidak terpilih sebagai pengurus lalu membentuk partai baru. Golkar salah satu partai yang banyak melahirkan partai baru di negeri ini. Mulai dari NasDem, Hanura, dan Partai Berkarya.
Pindah partai dan membentuk partai baru fenomena dunia politik di negeri ini. Entah bagaimana kelanjutan pencopotan Kepengurusan DPW PKS Sumut (17/10) lalu juga diikuti pengunduran Pengurus DPC PKS Langkat, Minggu (21/10).
Apakah pengurus yang dicopot dan mengundurkan diri akan loncat ke partai lain. Menarik untuk kita tunggu bersama kelanjutannya. (rusdi)