LEPAS sudah pesta demokrasi di tanah air 2018 ini. Sejumlah daerah telah menentukan pilihan, termasuk di Kabupaten Langkat. Tiga calon bupati dan wakil bupati bertarung yakni Terbit Rencana Peranginangin-Syah Afandin (Terasa), Rudi Hartono Bangun-Budiono (Berbudi) dan Sulistianto-Heriansyah (Sukses).
Sejauh ini tidak ada kendala, semuanya aman, tertib dan berjalan lancar. Pun begitu, jauh harapan untuk kemajuan Langkat lima tahun ke depan. Seperti telah diprediksi bahwa Cabup Terasa punya ‘trush’ tersendiri di hati masyarakat Langkat. Walau sebagai pesaing ‘Berbudi’ punya massa tersendiri begitu juga Cabup Sukses. Hanya saja, hal itu tertepiskan setelah sepekan akhir pencoblosan.
Hasilnya dilansir dari KPU Langkat Cabup Terasa unggul telak ketimbang dua calon lain (Berbudi dan Sukses). Janji tetap amanah adalah impian warga Langkat. Yang jadi pertanyaan, apakah itu bisa tercapai?
Apalagi sejak bupati sebelumnya hingga sekarang, janji kampanye ‘memerdekakan’ Langkat dari kemiskinan, kesejahteraan serta peningkatan ekonomi merupakan ketuk palu yang kerap bergeming di permukaan.
Namun sayang, seolah janji-janji yang tertuang hanya harapan semu tanpa pengejawantahan nyata. Masyarakat Langkat masih banyak yang belum ‘bangkit’. Sehari makan habis itu kembali banting tulang. Artinya, pemerataan pembangunan hingga meminimalisir kemiskinan dengan sejumlah bantuan dari pemerintah cuma segelintir yang bisa menikmatinya.
Nah, sekarang lagi trend kata-kata Zaman Now. Tak terkecuali sekalangan kepala daerah. Zaman Now boleh diartikan memberikan perubahan nan signifikan. Mampu mengemban tugas, wewenang, dan tetap berpijak pada janji-janji kampanye. Bukan malah membuat skema bagaimana mencari keuntungan di balik penderitaan masyarakat.
Hendaknya, Bupati Langkat terpilih ini mengambil hikmah dari pemimpin sebelumnya. Meniru yang baik dan menghilangkan yang buruk ketika bupati sebelumnya menjabat orang nomor satu di tanah Melayu ini.
Masyarakat Langkat itu butuh pemimpin arif, bijaksana, melihat ke bawah, mendengar keluhan lalu disimpulkan menjadi sebuah kebijakan yang harmonis. Trademark Zaman Now bukan berarti mengumpulkan harta, membuat suatu komunitas budaya korupsi, membagi proyek-proyek haram hingga tak termanfaatkan.
Bupati Zaman Now Langkat, seperti halnya Terbit Rencana Peranginangin-Syah Afandin yang dipastikan memimpin diharap bekerja gerilya sebagaimana masyarakat memilih untuk lima tahun ke depan. Menjadikan Kabupaten Langkat dipandang secara nasional, punya moral serta etika di mata pemerintahan yang akan datang.
Nah, sebentar lagi mereka (Terasa-red) akan dilantik. ‘Ingat janji pada rakyatmu, bukan memberi kesenangan di segelintir orang pendukungmu. Kamu adalah pemimpin, kamu big boss di antara bos-bos lain yang akan memajukan Langkat. Jangan biarkan ‘meja’ terongok kosong, tapi penuhi meja-meja itu dengan ide-ide cemerlang demi Langkat Bumi Amir Hamzah’.
Satu pesan yang harus digarisbawahi, sebelum berakhirnya masa jabatan Ngogesa Sitepu selaku Bupati Langkat, dimintakan Kejari dan Kejati Sumut agar senuntaskan kasus yang masih tertunda di Langkat. Warga Langkat tak menginginkan adanya dosa peninggalan yang suatu saat bisa menjadi ‘bom’ waktu bagi para oknum pejabat di Langkat yang akan ditinggalkan Ngogesa Sitepu (tidak elok kalau diulas & dibeber kasus apa saja yang harus menjadi prioritas Kejaksaan-red).
Kita akan lihat & tunggu apa yang akan dilakukan aparat Kejaksaan dalam penanganan pemberantasan korupsi di Langkat. Janganlah sampai Ngogesa Sitepu bernasib sama seperti yang dialami H Syamsul Arifin (ssetelah tidak lagi menjabat Bupati Langkat baru dicari-cari kesalahan untuk memenjarakannya-red). Semoga apa yang jadi kehawatiran penulis tentang nasib Ngogesa tidak jadi kenyataan. Wassalam. (***)