Home Medan Dinkes Sumut Tingkatkan TLI Sebagai Langkah Antisipasi Penyebaran Omicron

Dinkes Sumut Tingkatkan TLI Sebagai Langkah Antisipasi Penyebaran Omicron

34
0

MEDAN (podiumindonesia.com) – Dinas Kesehatan Sumatera Utara (Dinkes Sumut) meningkatkan tindakan testing, lacak dan isolasi (TLI). Ketiga tindakan tersebut dilakukan sebagai upaya mengantisipasi penyebaran Covid-19 varian Omicron di Sumut.

Kasi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Sumut dr Hj Nora Violita Nasution mengatakan, tindakan testing yang dilakukan mengacu kepada Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 65 Tahun 2021. Artinya, berapa banyak yang dilakukan testing harian di Sumut, ada indikatornya.

“Sesuai Inmendagri Nomor 65/2021, bahwasanya masing-masing daerah sudah ditetapkan berapa banyak kabupaten/kota harus melakukan testing terhadap masyarakat. Misalnya, Kabupaten Tapanuli Tengah harus mencari 57 orang perhari untuk ditesting,” kata Nora saat menjadi narasumber dalam acara Musyawarah dan Seminar Forwakes Sumut, Sabtu (18/12/2021).

Menurutnya, testing merupakan upaya awal untuk mengantisipasi penyebaran Omicron. Jadi, dari testing yang dilakukan kemudian disaring kembali mana yang benar-benar positif dan negatif.

“Selain testing, tindakan pelacakan juga ditingkatkan terhadap orang yang kontak erat dengan penderita corona. Target yang ditetapkan, yaitu sekitar 15-30 orang,” terangnya.

Namun demikian, Nora mengaku, penulusuran kontak erat ini menghadapi kendala. Sebab, misalnya, di Dinas Kesehatan kabupaten/kota, satu orang petugas bisa menangani 4 program kesehatan. Sebagai contoh, petugas tersebut menangani imunisasi, surveilans, dan lainnya.

“Kapan petugas itu bisa fokus menangani kontak erat. Meski begitu, tetap dilakukan namun terlambat menyediakan laporan,” katanya.

Memang, lanjutnya, saat ini kasus baru terkonfirmasi positif Covid-19 di Sumut telah menurun dibanding dengan beberapa bulan sebelumnya. Akan tetapi, bukan berarti pandemi corona telah berakhir karena masih ada kasus atau penderita aktif Covid-19. Karena itulah ditelusuri kontak erat dari kasus aktif Covid-19 tersebut, sebab ada kemungkinan mereka tertular.

“Penelusuran terhadap kontak erat ini masih menjadi dilema, karena ketika petugas Satgas Covid-19 datang ke rumah yang bersangkutan ternyata tidak kooperatif. Padahal, kami hanya ingin mengetahui ada enggak yang mengalami gejala Covid-19. Jika kami sudah menemukan kasus tersebut, maka langsung cepat ditangani sehingga tidak menyebar kemana-mana. Sebab, setiap satu orang yang positif Covid-19, maka paling tidak dicari kontak erat 15-30 orang untuk dicek kondisi kesehatannya secara berkala guna memastikan tidak tertular. Apabila tidak ada gejala sama sekali sampai beberapa hari, maka tidak ada persoalan. Tapi, kalau ada gejala maka wajib melakukan karantina,” jelasnya lagi.

Terkait isolasi, sambung Nora, ini menyangkut pelayanan, baik yang dilakukan petugas Puskesmas maupun rumah sakit. Akan tetapi, persoalannya masih banyak daerah yang tidak memiliki tempat isolasi terpusat.

“Kami sudah memetakan kabupaten/kota mana yang memiliki tempat isolasi terpusat. Kemudian, disiapkan tempat isolasi terpusat,” sebutnya sembari menambahkan, upaya lain untuk antisipasi penyebaran Omicron yaitu dengan menggenjot vaksinasi Covid-19 di masyarakat.

Dia juga menerangkan, Omicron gejala klinisnya tidak akan berat. Misalnya, tidak mengalami demam yang tinggi. Akan tetapi, efek penularannya lebih cepat antara 5 sampai 8 kali.

“Masyarakat tidak perlu panik dan terlalu khawatir dengan Omicron. Ikuti saja imbauan pemerintah dengan disiplin protokol kesehatan, vaksinasi Covid-19, dan tidak liburan keluar negeri,” harapnya. (pi/nan)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here