Home EKONOMI Diskon ‘Gede’ Dianggap Pengamat Harga Normal

Diskon ‘Gede’ Dianggap Pengamat Harga Normal

1265
1612

MEDAN (podiumindonesia.com)- Menjelang perayaan hari besar seperti Lebaran, banyak ditemukan diskon terhadap barang-barang yang dijual di berbagai pusat perbelanjaan seperti mal, swalayan, dan departement store.

Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin mengatakan, strategi marketing memang kerap berlaku seperti itu. Mereka seolah-olah memberikan diskon di saat menjelang hari besar, padahal sebelumnya mereka sudah menaikkan harga terlebih dahulu.

“Tujuannya hanya satu, mencoba menarik minat pembeli dengan iming-iming diskon tersebut. Sehingga memang di sini masyarakat harus bijak dalam menyikapi diskon yang seolah jor-joran seperti itu,” kata Gunawan.

Diungkapkannya, momen seperti ini juga kerap dijadikan ajang “cuci gudang” oleh sejumlah penjual. Meskipun ada yang terkesan memberikan diskon semu, tetapi ada juga yang sengaja mengobral sejumlah barang dagangan yang tidak laku.

“Karena kalau berbicara sandang, umumnya selalu mengikuti mode atau tren di masyarakat. Dan tren itu selalu ada masanya,” ujarnya.

Dijelaskan Gunawan, dengan pengeluaran yang selalu lebih besar setiap menjelang perayaan keagamaan. Khususnya terkait dengan banyaknya kebutuhan, masyarakat harus bijak dalam mengelola keuangan.

“Prinsip dasarnya orang berdagang itu satu, pedagang harus untung. Jadi diskon itu bisa jadi dibuat setelah menghitung rata-rata tertimbang modal, dan bisa juga ada yang sengaja memberi diskon semu,” jelasnya.

Gunawan menegaskan, prinsip dasar pembeli seharusnya juga ada. Yakni tidak mentah-mentah percaya dengan yang namanya diskon. Meskipun pembeli di sini juga terkadang tidak memiliki rekam jejak harga barang yang dibeli saat di hari normal atau biasa.

“Ingatlah satu hal bahwa kebutuhan sandang ini tidak diawasi secara ketat harganya. Artinya bisa dibuat seenaknya saja. Berbeda dengan kebutuhan bahan pokok yang memang harganya itu setiap waktu selalu diawasi. Dan pemerintah bisa saja mengintervensi,” ucapnya.

Gunawan menyebut, untuk kebutuhan sandang perlu disikapi secara bijak. Harga yang terbentuk itu adalah murni dari mekanisme pasar. Pemerintah tidak ikut mengatur atau mengintervensi saat harganya kemahalan atau kemurahan.
Dia menilai, masyarakat harus berhati-hati.

Tidak membeli baju baru di saat sekarang atau menjelang perayaan keagamaan juga menjadi keputusan yang bijak. Paling penting penuhi kebutuhan dasar terlebih dahulu, dan sandang urutan kesekian.

“Prioritaskan pembelian kebutuhan sandang untuk memenuhi kebutuhan sekolah atau pendidikan itu jauh lebih baik. Dibandingkan dengan membeli sandang menjelang perayaan keagamaan, yang harganya sangat berfluktuasi dan rawan ‘dimainkan’,” tandasnya. (PI/GS)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here