MEDAN (podiumindonesia.com)- 171 daerah termasuk 8 kabupaten/kota plus pemilihan gubernur di Sumut sebentar lagi punya pemimpin baru. Walau sekadar hasil hitung cepat, namun telah punya bayangan bahwa kepala daerah yang baru hendaknya bisa memberi perubahan bagi provinsi berpenduduk 14 juta jiwa lebih ini.
Pertarungan 27 Juni telah usai. Pesta demokrasi penuh dengan narasi, debat, tegang urat berbau SARA, telah menjadi tontonan di pelosok negeri. Ada yang menang dan kalah, ada yang untung dan buntung dan ada euforia saat kelicikan penuh pencitraan.
Pun begitu, yang harus digarisbawahi bahwa pesta demokrasi tetap dalam lingkup menyatukan visi dan misi. Tak terkecuali kemenangan secara hitung cepat alias quick count. Di antaranya kemenangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah di pertarungan pemilihan gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) dan satu lagi Terbit Rencana Perangin-angin-Syah Afandin.
Edy-Musa dengan jargon Bermartabat dengan singkatan Eramas, sedangkan Terbit PA-Syah Afandin, calon Bupati Langkat bersama slogan Terasa kian jadi pergunjingan di antara para peserta yang dalam pilkada.
Dilansir salah satu situs menyebut, Eramas unggul atas Djarot-Sihar (Djoss) dengan skor telak 54.67 persen dan 45.33 persen. Sementara Terasa, sesuai info diperoleh meraih 238.759 suara (54,11%) mengalahkan rivalnya paslon nomor 2 Rudi Hartono-Budiono dengan perolehan suara 160.204 (34,30%) dan paslon nomor urut 3 Sulistianto-Heriyansah mendapatkan 53.720 suara (11,50%).
Dan tak salah jika dua daerah ini menjadi ulasan PODIUM. Pasalnya, Kabupaten Langkat serta Binjai merupakan salah satu lumbung suara Eramas dengan perolehan 70.41%, Djoss cuma 29.59%.
Dikabarkan bahwa Eramas menang di 18 kabupaten/kota, seperti Kota Medan, Deliserdang, Langkat, Binjai, Serdang Bedagai, Tebingtinggi, Asahan, Batubara, Tanjungbalai, Labuhanbatu, Labuhanbatu Utara, Labuhanbatu Selatan, Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Padang Sidimpuan.
Djoss sendiri hanya unggul di 15 kabupaten/kota se-Sumut, terdiri dari Tapanuli Utara, Toba Samosir, Humbang Hasundutan, Samosir, Karo, Dairi, Pakpak Bharat, Nias Selatan, Nias Utara, Nias Barat, Nias Induk, Gunung Sitoli, Pematangsiantar, Tapanuli Tengah, dan Sibolga.
Bagaimana dengan Terasa (Terbit PA-Syah Afandin)? Tak jauh beda dengan Eramas, Terasa juga meraih suara mutlak di 23 kecamatan dengan 277 desa. Kecamatan Kutambaru dari 10.082 daftar pemilih tetap yang hadir dengan 6.730 pemilih, Terbit Rencana Peranginangin-Syah Afandin memperoleh 4.152 suara, pasangan nomor urut dua Rudi Hartono Bangun-Budiono 2.095 suara, pasangan nomor urut tiga Sulistianto-Heriansyah meraih 258 suara.
Kecamatan Bahorok daftar pemilih tetap 28.162, hadir 10.840 pemilih, pasangan nomor satu Terbit-Syah Afandinn memperoleh 6.314 suara, pasangan nomor dua Rudi-Budiono memperoleh 3.471 suara, pasangan nomor tiga Sulistianto-Heriansyah 899 suara.
Kecamatan Kuala pasangan nomor satu Terbit- Syah Afandin memperoleh 19.646 suara, pasangan nomor dua Rudi-Budiono memperoleh .637 suara, pasangan Sulistianto-Heriansyah 1.208 suara.
Untuk Kecamatan Sei Bingei pasangan nomor urut satu Terbit-Afandin memperoleh 13.109 suara, pasangan nomor urut dua Rudi Hartono Bangun-Budiomno memperoleh 8.440 suara, pasangan Sulistianto-Heriansyah memperoleh 1.821 suara.
Kecamatan Secanggang pasangan nomor urut satu Terbit-Afandin memperoleh 14.459 suara, pasangan nomor dua Rudi Hartono-Budiono memperoleh 13.113 suara dan Sulistianto-Heriansyah memperoleh 2.889 suara.
Dari Kecamatan Pangkalan Susu, pasangan nomor urut satu Terbit Rencana Perangin-anginn-Syah Afandin memperoleh 6.994 suara, nomor dua Rudi-Budiomno memperoleh 5.576 suara dan nomor urut tiga Sulistiamnto-Heriansyah 3.625 suara.
Kecamatan Selesai pasangan nomor urut satu Terbit-Syah Afandin memperoleh 4.138 suara, pasangan nomor urut dua Rudi-Budiono memperoleh 1.281 suara, pasangan nomor urut tiga Sulistianto-Heriansyah memperoleh 168 suara.
Sedangkan di Kecamatan Batang Serangan pasangan nomor urut dua Rudi Hartono Bangun-Budiono menang dengan perolehan suara yaitu 7.973 suara sementara pasangan nomor urut satu Terbit Rencana Perangin-angin-Syah Afandin memperoleh 7.678 suara, pasangan nomor urut tiga Sulistianto-Heriansyah memperoleh 1.060 suara.
Melihat dari keungggulan Eramas serta Terasa, bisa dipastikan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah dan Terbit-Syah Afandin sangat dirindukan oleh masyarakat agar membawa Sumut sejahtera dan lebih bermartabat.
“Kami janji di depan rakyat Sumatera Utara. Demi Allah, demi Tuhan Yang Maha Besar, demi amanah rakyat, sama-sama kita jadikan Sumatera Utara adalah Sumatera Utara yang bermartabat,” kata Edy Rahmayadi.
Edy Rahmayadi juga berjanji akan langsung menyusun program prioritas 100 hari kerja setelah nantinya KPU Sumut mengumumkan hasil resmi pemungutan suara Pilgub Sumut 2018-2023.
“Setelah nanti ditetapkan secara sah, saya akan sampaikan ke masyarakat semua, saya akan bicara prioritas 100 hari ke depan. Kawal ini dan kita jadikan benar ini,” kata alumni Akademi Militer yang lulus pada tahun 1985 seusai hasil hitung cepat di Posko Pemenangan.
“100 hari pertama kita akan perbaikan ke dalam. Bagaimana kita mau memperbaiki keluar kalau didalam belum baik,” kata Ijeck.
Menurutnya, pelayanan birokrasi termasuk yang harus diperbaiki ke depan. Perizinan harus dipermudah dan memiliki kepastian hukum. Hal itu harus didukung oleh birokrasi yang prima. Guna membentuk birokrasi yang prima, maka mereka menurut Ijeck akan meningkatkan kesejahteraan para pegawai negeri.
“Bagaimana pendapatan di dalam ini lebih baik. Setelah di dalam baik, baru kita ke luar. Itulah fokus utama kita,” jelasnya.
Sementara Terbit Rencana PA mengatakan, kalau Allah Swt menghendaki menang dan ini adalah atas ridanya. “Ini juga berkat kerja keras tim sukses relawan dan semua pihak yang telah mendermakan jerih payah nya untuk saya,” katanya.
Dikatakan, kemenangan ini merupakan kemenangan masyarakat Langkat. “Saya akan berdiri di semua pihak dalam memimpin Kabupaten Langkat nantinya. Saya sudah berniat pada Oktober 2018 akan memberangkatlan 100 orang bilal mayat dan penggali kubur umrah ke Makkah sebagai ungkapan rasa syukur saya kepada Allah,” ujarnya.
Sejak awal dukungan parpol memang berpengaruh, tetapi isu dan penampilan yang ditunjukkan pasangan calon di Pilgub Sumut 2018 juga tak kalah penting. Selama kampanye, Eramas menunjukkan citra Islami. Misalnya saat Edy-Musa meneruskan gerakan salat subuh berjamaah menjelang hari pencoblosan.
Shohibul, pengamat politik Sumut menyebut pola kampanye tersebut merupakan lanjutan dari Pilkada DKI Jakarta 2017. Jelang hari tenang, Anies Baswedan hadir dalam salat subuh berjamaah berjuluk “Aksi 112” yang diorganisasi Forum Umat Islam (FUI).
Selain salat subuh berjamaah, muncul Kongres Umat Islam (KUI) yang digelar di Medan pada akhir Maret hingga awal April 2018 dan dihadiri sejumlah tokoh seperti Amien Rais, Yusril Ihza Mahendra, hingga Gatot Nurmantyo.
“Memang Kongres Umat Islam di Medan tidak direncanakan ada perbincangan mengenai Pilkada di sana, namun akhirnya perbincangan di sana dikaitkan dengan pilkada,” ujar Shohibul.
Hasil KUI dirangkum dalam Piagam Umat Islam Sumatera Utara menyerukan untuk memilih pemimpin—gubernur, bupati, wali kota, serta wakilnya—berdasarkan kriteria Alquran dan Sunnah, yakni pasangan calon muslim-muslim.
Merujuk Sensus Penduduk Indonesia (2010), ada 8.579.830 (66,09 persen) penduduk Sumut yang beragama Islam, sementara 3.509.700 (27,04 persen) penduduk beragama Kristen dan 516.037 lainnya (3,97 persen) beragama Katolik.
Menurut Shohibul, seruan KUI tersebut tidak ditujukan untuk memilih paslon Edy-Musa, tapi bisa jadi melemahkan Djarot-Sihar.
Isu paslon “muslim-muslim” ini pula tidak hanya berembus dari pihak eksternal seperti KUI. PPP Sumut yang dipimpin Yulizar Parlagutan Lubis keras betul menolak Djarot dipasangkan dengan Sihar.
Shohibul mencatat sejak debat putaran pertama Pilgub Sumut 2018, Djarot-Sihar menonjolkan sisi keahliannya sebagai birokrat berpengalaman. Paslon tersebut kerap melontarkan sejumlah istilah khas birokrasi yang jarang diketahui awam, bahkan pada salah satu debat, Edy Rahmayadi sempat mengatakan, “Saya tidak tahu apa itu stunting.”
Djarot boleh jadi berpengalaman di birokrasi, namun jabatan birokrasi itu ia emban di luar Sumut, yakni Wali Kota Blitar dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Ada pun Edy Rahmayadi adalah perwira militer yang sempat menjabat Komandan Yonif Linud 100/Prajurit Setia yang bermarkas di Namu Sira-Sira, Langkat, Sumut. Edy juga pernah menjabat Panglima Kodam I/Bukit Barisan.
Djarot merupakan orang Jawa, Edy merupakan putra Kapten TNI Rachman Ishaq, seorang Melayu-Deli.
Berdasarkan Statistik Daerah Provinsi Sumut (2017), sebanyak 33,4 persen penduduk Sumut mengaku bersuku Jawa. Dengan persentase itu, suku Jawa menjadi suku terbanyak di Sumut. Sementara itu, ada 5,86 persen penduduk Sumut mengaku bersuku Melayu.
Di luar itu, sebagian besar penduduk Sumut mengaku bagian dari rumpun Batak. Ada 25,6 persen penduduk Sumut mengaku bersuku Tapanuli/Toba, 2,04 persen bersuku Simalungun, dan 0,73 persen bersuku Pakpak. Selain itu, sebanyak 11,27 persen penduduk Sumut mengaku bersuku Mandailing dan 5,09 persen lainnya mengaku bersuku Karo.
Edy tampak memanfaatkan posisinya sebagai “putra daerah” itu dalam gelaran Pilgub Sumut 2018. Dalam debat, Edy berbicara Bahasa Indonesia dengan logat yang secara umum dikenal khas orang-orang Medan. Edy juga sesekali melontarkan istilah-istilah lokal.
Shohibul Anshor Siregar menegaskan penting bagi kepala daerah untuk mengetahui potensi dan masalah dari daerah yang dipimpinnya, karena suku sebetulnya bukan jaminan.
Ogah Beri Selamat
Pasangan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus (Djoss) masih menunggu hasil hitung manual formulir C1 yang dikumpulkan dari 27.000 tempat pemungutan suara (TPS) yang tersebar di Sumut.
“Kalau ‘real count’ kan lebih akurat. Hitung cepat hanya mengambil sample,” ujar Djarot di Medan.
Namun, menurut Djarot, apa pun hasil akhir Pemilihan Gubernur Sumut atau siapa pun yang terpilih nantinya adalah kemenangan masyarakat.
Bahkan, Djoss sejauh ini belum ada memberikan ucapan selamat kepada pasangan Eramas. Dengan alasan belum ada keputusan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumut.
“Selamat kepada masyarakat Sumut. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu Djoss mulai partai, relawan maupun warga masyarakat,” katanya.
Sementara Sihar Sitorus menyebutkan, dari hasil tim Djoss sejauh ini baru 20 persen suara yang masuk dalam perhitungan mereka. Bahkan dari 20 persen suara itu, pasangan Djarot-Sihar masih unggul 50,9 persen dari satu juta pemilih.
“Djoss baru akan mengumumkan hasilnya jika perolehan suara sudah mencapai 90 persen,” ujarnya.
Sejauh ini Komisi Pemilihan Umum Sumatera Utara masih melakukan perhitungan suara riil (real count) dalam Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara 2018.
Data sementara menunjukkan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sumut, Edy Rahmayadi-Musa Rajeckshah (Ijeck), masih unggul dibandingkan dengan pesaingnya Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus.
Pasangan Edy-Musa yang didukung tujuh partai yakni Golkar, Gerindra, Hanura, PKS, PAN, dan Nasdem serta Demokrat memperoleh suara 1.965.691 atau 54.83 persen. Kemudian duet Djarot-Sihar yang didukung oleh koalisi PDIP dan PPP mengumpulkan 1.619.343 suara atau 45,17 persen.
Suara sah yang masuk sebesar 3.582.414, sedangkan suara tidak sah sejumlah 52.328. Dengan demikian, suara keseluruhan sebanyak 3.634.595 dari 5.781.694 pemilih.
Ketua KPU Sumatera Utara Mulia Banurea meminta para calon gubernur dan wakil gubernur maupun masyarakat Sumatera Utara tidak resah, dan tetap berpegang pada pengumuman hasil penghitungan resmi ketimbang perhitungan cepat. “Kita berharap kepada masyarakat Sumut termasuk para paslon jangan euforia dengan hasil QC,” ujar Mulia saat dihubungi.
Mulia mengatakan hasil hitung cepat tidak menggambarkan perolehan suara di seluruh tempat pemungutan suara. Ia menyarankan agar seluruh kandidat dan masyarakat menunggu hasil rekapitulsi suara yang bakal dilaksanakan secara berjenjang.
Perhitungan hasil resmi dari KPU Sumatera Utara, kata Mulia, membutuhkan proses waktu lebih panjang. Sebab, KPUD memerlukan waktu mengumpulkan rekapitulasi hasil dari setiap TPS yang ada di Sumut.
Berdasarkan Peraturan KPU tentang Tahapan, Program, dan Jadwal Penyelenggaraan, rekapitulasi hasil Pilkada di tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi berlangsung pada 4-9 Juli 2018.
“Tunggulah hasil rekap yang dilaksanakan oleh penyelenggara secara berjenjang, mulai dari KPPS, hingga ke KPU Provinsi. Itulah menjadi hasil yang sah menurut kami sebagai penyelenggara,” kata dia.
Mulia juga mengklaim partisipasi masyarakat pada Pilgub Sumut kali ini meningkat dibandingkan lima tahun lalu. Meski begitu, ia belum bisa memastikan berapa jumlah pastinya.
“Cukup meningkat dari pelaksanaan pilgub tahun 2013, tapi fakta pada pelaksanaan pemungutan suara hari ini bisa mencapai di atas 61 persen,” ujar Mulia.
Mulia menyatakan tingkat partisipasi masyarakat di Pilkada 2013 lalu hanya mencapai 47 persen. Sedangkan untuk pilkada kali ini KPU Provinsi Sumut menargetkan sekitar 61 persen. “Masyarakat ini semakin cerdas untuk menentukan hak pilihnya pada pelaksanaan pilgub ini,” tandasnya.
PDIP & Gerindra Terpuruk
Hasil hitung cepat (quick count) dilakukan sejumlah lembaga survei pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2018. Terbukti, dari 17 provinsi yang melaksanakan pemilihan, PDI Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerindra di urutan terbawah sebagai partai yang meraih kemenangan paling sedikit.
Berdasarkan hasil sementara hitung cepat, PDIP hanya memperoleh persentase kemenangan sebesar 23,5 persen, sementara Gerindra hanya meraih 17,6 persen.
PDIP hanya memperoleh enam kemenangan dari 17 provinsi yang menggelar Pilgub. Tercatat, enam kemenangan hanya diraih PDIP di Jawa Tengah, Bali, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, dan Papua. Sementara, Partai Gerindra hanya memperoleh tiga kemenangan, yakni Sumatera Utara, Kalimantan Timur, dan Maluku.
Di urutan atas, terdapat Partai Amanat Nasional (PAN) yang berhasil unggul di 10 dari 17 provinsi. 10 provinsi itu yakni Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, Lampung, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua. PAN pun mendapatkan presentase kemenangan mencapai 58,8 persen.
“Alhamdulillah di Pilkada/Pilgub 2018 ini PAN meraih presentasi kemenangan tertinggi karena berhasil unggul di 10 Provinsi menurut quick count berbagai lembaga survei. Terima kasih untuk dukungan sahabat semua. Doakan PAN konsisten Bela Ummat dan Bela Rakyat,” tulis Zulkifli.
Posisi PAN berdampingan dengan Partai Nasional Demokrat (NasDem). Dari 17 Pilkada Provinsi, pasangan calon yang diusung Partai Nasdem unggul di 11 provinsi. Sementara Nasdem, menurut Ketua Umum Surya Paloh menargetkan menang di 10 provinsi.
Di bawah PAN dan Demokrat, Partai Golkar unggul dengan raihan 52,9 persen, di mana partai yang dipimpin Airlangga Hartarto ini unggul di sembilan provinsi. Selain di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Golkar juga unggul Sumatera Utara, Lampung, Kalimantan Barat, NTT, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara dan Papua.
Raihan 52,9 persen ini juga diraih Partai Hanura. Sama seperti Golkar, partai yang digawangi Oesman Sapta ini meraih sembilan kemenangan dari 17 provinsi yang melaksanakan Pilgub pada Pilkada Serentak 2018 ini.
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) meraih persentase 41,2 persen. Kedua partai berideologi Islam ini sama-sama unggul di tujuh provinsi. Bedanya, PPP berhasil menyabet keunggulan di tiga provinsi di Pulau Jawa, yakni Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Sementara PKS sama sekali tidak meraih keunggulan di Pulau Jawa.
Sementara itu, Partai Demokrat dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sama-sama meraih prosentase kemenangan sebesar 35,3 persen.
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengklaim hasil penghitungan cepat Pilkada Seretak 2018 telah melampaui target partai berlambang bintang mercy itu di dalam pesta demokrasi. Awalnya, Demokrat menargetkan 35 persen, tapi dari perhitungan cepat, angkanya melebihi target.
“Target kami 35 persen, hitungan (quick count) sementara sudah lebih,” kata SBY. (PI/NT)