LONDON (podiumindonesia.com)- Pemerintah Inggris mengecam bentrokan antara pasukan Israel dan para demonstran Palestina di perbatasan Gaza yang menewaskan lebih dari 50 warga Palestina. Inggris menyebut pembunuhan tersebut mengejutkan dan merusak upaya perdamaian.
“Hilangnya nyawa dan banyaknya jumlah warga Palestina yang terluka adalah tragis, dan ini sangat mengkhawatirkan karena jumlah mereka yang tewas terus bertambah,” ujar Menteri Inggris untuk Timur Tengah Alistair Burt seperti dilansir media Anadolu Agency, Selasa (15/5).
Burt mengatakan, kekerasan tersebut merusak upaya-upaya perdamaian. Hari Senin (14/5) waktu setempat tercatat sebagai hari paling berdarah bagi warga Palestina. Kementerian Kesehatan Palestina menyebut sudah 58 demonstran tewas dan sekitar 2.700 orang lainnya luka-luka terkena peluru asli maupun gas air mata.
“Kami telah memperjelas bahwa Inggris mendukung hak-hak warga Palestina untuk berunjuk rasa, namun unjuk rasa ini harus damai. Sangat disayangkan bahwa elemen-elemen ekstremis mungkin berusaha mengeksploitasi protes-protes ini untuk tujuan kekerasan mereka sendiri,” cetus Burt.
Namun Burt juga menekankan, Inggris tidak akan mundur dari dukungannya untuk hak Israel untuk mempertahankan perbatasannya. “Namun banyak jumlah tembakan peluru asli, sangatlah mengkhawatirkan. Kami terus meminta Israel untuk menunjukkan pengendalian diri yang lebih besar,” imbuhnya.
Ribuan warga Palestina telah berkumpul di sepanjang perbatasan timur Jalur Gaza sejak Senin (14/5) pagi untuk ikut serta dalam aksi-aksi demo yang dimaksudkan untuk memprotes pemindahan Kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem, juga untuk memperingati ‘Nakba’ atau “Malapetaka” ketika pada tahun 1948, ratusan ribu warga Palestina terusir dari rumah-rumah mereka. Sejak aksi-aksi demo tersebut dimulai pada 30 Maret lalu, lebih dari 90 demonstran Palestina telah tewas ditembak pasukan Israel. (PI/NT)