JAKARTA (podiumindonesia.com)- Dolar tak lagi memikat bagi beberapa negara. Ini dikarenakan Amerika Serikat kerap menggunakan akses ke sistem pembayaran dolar sebagai senjata untuk ‘menghukum’ negara dan individu yang melanggar UU AS.
Rusia dan China mengurangi ketergantungan mereka pada dolar Amerika Serikat (AS) dan mulai memakai mata uang lokal dalam bertransaksi di perdagangan internasional.
China mengurangi ketergantungan pada dolar AS dipengaruhi oleh perang dagang yang tak kunjung mereda. China tengah berupaya menginternasionalkan mata uangnya sendiri.
Begitu juga dengan Rusia. Anton Siluanov menyarankan mengurangi penggunaan dolar AS dan beralih aset yang lebih aman seperti rubel, euro, dan logam mulia.
Tak hanya dua negara itu yang menghindari penggunaan dolar AS dalam perdagangan internasional, negara lain seperti Turki, India, dan Iran juga sedang berupaya melepaskan dolar.
India tidak menggunakan dolar karena dipengaruhi langsung konflik geopolitik global dan secara signifikan dipengaruhi oleh sanksi yang diterapkan mitra dagangnya.
Sementara itu, sanksi dari AS membuat Iran menegosiasikan kesepakatan barter dengan Irak. Keduanya berencana menggunakan dinar Irak untuk transaksi bersama agar tidak terlalu bergantung pada dolar AS.
Indonesia sendiri tengah berupaya melepas ketergantungan dengan dolar AS. Bank Indonesia sudah bekerja sama dengan bank sentral negara lain untuk membuat Billateral Currency Swap Agreement (BCSA). (pi/rmol)