Beranda BUDAYA Jalankan Misi Kepeloporan, PB MBN Branding Tagline ‘Langkat, The Heart of Melayu’...

Jalankan Misi Kepeloporan, PB MBN Branding Tagline ‘Langkat, The Heart of Melayu’ Sebagai Visi Masa Depan

134
0

STABAT (podiumindonesia.com)- Pengurus Besar Majlis Belia Negeri (PB MBN) Langkat menjadikan tagline ‘Langkat, The Heart of Melayu’ sebagai visi membangun masa depan peradaban. Ini merupakan salah satu upaya membranding Langkat menjadi ‘jantungnya rumpun Melayu’ di bumi nan bertuah ini.

Hal ini bukan tanpa dasar pemikiran yang jelas. Pasalnya, PB MBN Langkat bersandar pada dasar pijakan hasil kajian dan penelitian bahwa Langkat merupakan tanah Melayu yang sejak tahun 1750 sudah ada. Ditandai dengan berdirinya kerajaan Melayu yang berdaulat dan berpusat di Kota Dalam Secanggang.

“Saat ini rumpun Melayu Langkat membutuhkan lokomotif perubahan, lokomotif yang mampu menggerakkan semua potensi gerbong-gerbong yang dimiliki kabupaten yang memiliki semboyan bersatu sekata, berpadu berjaya”, ujar Wali Utama PB MBN Langkat, Agusma Hidayat kepada wartawan, kemarin.

Untuk mewujudkan visi masa depan Langkat sebagai ‘jantungnya rumpun Melayu, tentunya harus ada keinginan bersama antara puak Melayu dan puak pendatang yang lahir dan hidup di Langkat. Kemudian adanya tekad baja dan upaya bersama yang tiada henti dalam membangun tamadun emas, peradaban unggul dan maju sesuai dengan cita-cita pendiri Langkat terdahulu maupun harapan kita semua.

Setidaknya ada beberapa upaya yang harus diperhatikan dan menjadi arah perjuangan ke depan. Ikhtiar perjuangan harus dijalankan segenap generasi muda bersama masyarakat Melayu Langkat agar visi tersebut dapat menjadi kenyataan di masa mendatang.

“Membangun galeri mau pun Museum Sejarah dan Budaya Melayu Langkat, di mana Langkat memiliki berbagai warisan sejarah dan budaya yang cukup tinggi dan membanggakan di antaranya teknologi senjata api yang canggih pada masanya. Seperti Pemuras Naga, Istinggar, Malay Dragon Lela, Rentaka dan Terakol. Selain itu, seni bina bangunan, warisan etnomusikologi, kulinologi dan peralatan dapur, permainan tradisional, fashionnya, ilmu perubatan, budaya maritim dan agrarisnya, serta etnosains Melayu yang begitu tinggi,” lanjutnya lagi.

Kemudian, kata dia, gerbang selamat datang dengan ornamen Melayu-nya bersama kalimat ‘Tabik Tuan dan Puan di Bumi Langkat Nan Bertuah’ harus terus di perjuangkan sehingga dapat menjadi ciri khas tersendiri bagi Kabupaten Langkat yang dicintai selama ini.

“Lokakarya bahasa Melayu Langkat juga dapat di agendakan mengingat di Langkat banyak Puak Melayu pendatang yang bermukim membuka kampung seperti Melayu Kedah di Jaring Halus, Melayu Rokan di Padang Tualang, ada juga kampung Perlis dan Kelantan di Brandan Barat. Sedangkan Melayu Langkat punya bahasa Melayu tersendiri yang khas,” jelasnya.

Selanjutnya menghidupkan kembali tradisi kemelayuan, seperti tradisi pencak silat, tarian khasnya, seni ukirnya, dan seterusnya menjadi salah satu perhatian dan tentunya harus atas dasar kesadaran masyarakat Melayu sendiri dalam melestarikan tradisi tersebut.

“Membangun papan nama jalan dengan menggunakan aksara Arab Melayu sebagai aksara asli di alam Melayu tentu menjadi daya tarik dan ciri khas tersendiri,” ungkapnya lagi.

Membangun Kebun Raya atau Taman Raya Etnobotani Melayu Langkat dengan berbagai jenis tanaman asli Melayu Langkat yang nyaris punah sebab di bukannya perkebunan di masa kolonial Belanda hingga berlanjut sampai saat ini.

“Tak hanya Taman Raya Etnobotani, Taman Kota harus berbasis warisan budaya alam Melayu seperti taman tepung tawar misalnya,” sambungnya.

Mirisnya, urai Agusma, generasi saat ini sudah tidak menemukan lagi pohon-pohon seperti pohok tualang tempat lebah bergantung yang menjadi inspirasi produk kebudayaan Melayu di papan resplang seni bina bangunannya. Tak hanya pohok Tualang, ada juga inspirasi motif di tenun songket Melayu seperti bunga Tanjung, Pucuk Rebung, Teratai, Lada dan lain sebagainya.

“Membangun replika kapal perang ‘Jongkong’ sebagai ikon serta aset sejarah dan etnosains Melayu Langkat yang pernah berjaya di masanya,” terangnya.

Merubah Jaka Dara menjadi Kulok Subang sebagai Duta Wisata Kabupaten Langkat wajib di lakukan mengingat penggunaan bahasa asli Melayu Langkat untuk menyebutkan kaum laki-laki dan perempuan.

“Selain Tengku Amir Hamzah yang telah di sematkan Pemerintah Pusat sebagai Pahlawan Nasional, Tan Matsyekh layak kiranya untuk di perjuangkan menjadi Pahlawan Nasional atas jasa dan perjuangannya mempertahankan tanah tumpah darah Melayu Langkat dalam agresi militer Belanda pada 1862 hingga 1865,” jelasnya.

Produk kebudayaan yang wujud dalam bentuk kebendaan, tunjuk ajar Melayu harus menjadi dasar pijakan untuk dimasukkan dalam kurikulum pendidikan sebagai muatan lokal sekolah yang ada di Langkat sehingga nilai-nilai luhur kemelayuan dapat menjadi acuan dalam membangun karakter kemelayuan, ‘The Malay Character Building’ dapat menjadi tagline dunia pendidikan di Langkat.

Mendorong Perbup

Saat ini PB MBN Langkat sedang memperjuangkan gerbang selamat datang simpang Bupati Stabat yang telah melenyapkan ornamen Melayu. PB MBN Langkat akan memberikan masukan dan saran kepada Pemkab Langkat serta mendorong Perbup tentang pengunaan ornamen Melayu dalam setiap seni bina bangunan pemerintahan di Langkat dari level kabupaten, kecamatan hingga ke bawah.

“Kita ingin dimasa kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Langkat saat ini mengeluarkan Perbup tersebut sehingga hal tersebut sejarah dan masyarakat Melayu akan mengingat kontribusi dan sumbangsih beliau dalam membangun kemelayuan,” tukasnya.

“Selain itu, PB MBN Langkat akan menggelar Seminar dan Majelis Pengenalan Tanjak, Destar dan Tengkulok Alam Melayu pada 26 hingga 27 Februari 2021 mendatang,” tandasnya. (pi/rusdi)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini