STABAT (podiumindonesia.com)- H. Ismail semasa hidupnya tinggal di Dusun Pasarbatu Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu. H Ismail sebenarnya berasal dari Barabai, Kalimantan Selatan.
Diperkirakan H Ismail bersama istri anak-anaknya dan ibu kandungnya migrasi ke bumi Langkat semasa Sultan Abdul Aziz bertahta. Setiap hari raya Idul Adha H Ismail menjadi tukang sembelih hewan qurban di Masjidil Raya Stabat.
H. Ismail merantau ke Langkat turut serta ibu kandungnya, membuka permukiman di Dusun Pasarbatu Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu dan di Desa Stabat Lama. Menurut bahasa tutur Dusun Pasarbatu dulu, penduduknya mayoritas suku Banjar. Tapi kemudian mereka pindah menyebar ke berbagai desa di Kabupaten Langkat dan Deli Serdang.
Warga Dusun Pasarbatu Desa Stabat Lama Barat banyak keturunan Banjar. Ada yang ibunya Banjar ayahnya Melayu, Mandailing dan Minangkabau. Begitu juga sebaliknya. Hal serupa juga terjadi di Desa Secanggang.
Jalinan kerabat H. Ismail selain di Kecamatan Secanggang, di Kecamatan Wampu Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Stabat Ara Condong Kecamatan Pangkalan Susu Desa Pasir Putih, dan Desa Pintu Air. Kecamatan Hinai di Pasar 10 dan Pasar 8. Kecamatan Padang Tualang Desa Tanjung Selamat.
Sekitar tahun 80-an pernah dibentuk oleh H. Anuar Sulaiman cucu dari H. Ismail Ikatan Keluarga H. Ismail. Ketika digelar pertemuan ribuan juriat H. Ismail datang memenuhi undangan. Ada yang berasal dari kabupaten Deli Serdang, Tembilahan, Provinsi Riau dan dari Kabupaten Langkat.
Sayangnya, Ikatan Keluarga H Ismail harus bubar pada pertemuan ketiga yang diagendakan setiap tahun. Setiap pertemuan diceritakan riwayat H. Ismail dengan juriatnya. Namun anak kandung H. Ismail saat ini sudah meninggal dunia semua. Sedangkan cucunya yang masih hidup kurang memahami riwayat hidup H. Ismail di Bumi Langkat.
Pengaruh peran suku Banjar baik di bidang politik, pendidikan, ekonomi dan dunia usaha lainnya sangatlah besar. Hal ini sudah dilakukan etnis Banjar sejak masa kesultanan Langkat hingga sekarang. (pi/rusdi)