PERGANTIAN kepemimpinan suatu organisasi atau Lembaga selalu menarik. Apalagi bagi para aktifis organisasinya. Meskipun hanya sebagai anggota yang tidak aktif, apalagi pengurus. Meskipun terkadang sebagai pengurus tidak aktif dan berkontribusi juga terhadap organisasi. Tapi, kalau menjelang Kongres/Munas atau Muktamar, mesti sigap dan gesit untuk berpartisipasi. Baik sebagai panitia, tim sukses atau pun mencari / menjadi sponsorship.
Tak terkecuali perhelatan yang akan di gelar PBNU. Kegiatan Munas dan Konbes Alim Ulama yang akan digelar 25-26 September 2021 di Jakarta. Sudah didorong dan dipaksa agar segera memutuskan Muktamar pada tahun 2021. Memang amanat Konbes tahun 2020, menugaskan PBNU agar melaksanakan Muktamar pada Bulan Oktober 2021. Namun, karena Pandemi Covid-19 berlanjut dan belum sesuai harapan, maka Munas dan Konbes tahun 2021 ini diarahkan untuk memutuskan itu.
Pra-Munas dan Konbes yang dilakukan PBNU sebelumnya di Pasuruan, memang masih sebatas menginventarisir permasalahan dan agenda nasional yang berkaitan untuk dijadikan bahan materi muktamar dan segala sesuatu persiapan teknisnya. Namun, karena Munas dan Konbes salah satu agendanya adalah soal tempat dan waktu Muktamar. Tidaklah heran kalau PWNU Jawa Timur dan PWNU DIY meminta agar muktamar tetap dilaksanakan di tahun 2021, sesuai amanat Munas dan Konbes tahun 2020.
Terbaru adalah harapan sejumlah Kiai sepuh dari Jawa Timur (21/9) agar Muktamar bisa dilaksanakan pada tahun 2021. Alasannya sebagai mana yang disampaikan Gus Iful, agar kegiatan organisasi tetap berjalan normal ( Antara,19/2). Bahkan, beliau menjelaskan tidak ada alasan untuk tidak menggelar muktamar dalam keadaan apa pun, meskipun dalam pelaksanaannya perlu beradaptasi karena situasi pandemi COVID-19.
Gus Iful juga menambahkan hasil pertemuan para kiai di Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, itu juga akan disampaikan segera ke PBNU sehingga harapannya menjadi rumusan kuat agar Muktamar NU benar-benar bisa digelar tahun ini.
Muktamar dapat di gelar tahun ini, merupakan keinginan kita semua. Tapi seharusnya yang lebih penting dan diutamakan dari sebuah Muktamar adalah kebijakan dan Keputusan yang diambil dalam setiap sidang merupakan kebutuhan mendasar warga NU dan kemaslahatan ummat. Bukan hanya kebijakan yang menyenangkan dan menenangkan sebagian orang atau sebagian para Kyai. Tapi semua warga Nahdliyin di seluruh Indonesia.
Bukan hanya Sebagian Kyai sepuh di Jawa Timur atau Jawa saja. Fakta bahwa Sebagian besar pesantren di Indonesia merupakan Santri dan ada kaitan geneologis keilmuan dengan Kyai Jawa Timur adalah fakta dan tidak bisa dipungkiri. Namun, muktamar NU bukan hanya untuk warga NU yang ada di Jawa Timur saja, atau di pulau Jawa. Tapi seluruh Indonesia.
Gerakan yang massif untuk meminta Muktamar harus tahun ini. Merupakan Indikasi bahwa ada keinginan untuk mengganti kepemimpinan atau minimal ada pergantian pimpinan di tingkat PBNU. Apalagi bila dikaitkan dengan adanya berbagai road show, dari petinggi PBNU dalam menemui Pengurus Wilayah dan Cabang. Andai itu dilakukan dalam ranah pembinaan dan penjelasan mengenai program PBNU menjelang abad ke 2, mungkin sangat elok. Bukan dengan istilah region A,B, atau C.
Jadi muktamar harus tahun ini, apakah ada agenda lain ? selain pergantian kepemimpinan. Sebab semua sangat mafhum, NU adalah factor. Pada masa reformasi sekarang ini, NU bukan lagi obyek penderita. Meskipun ada yang guyon, walau sudah jadi Subyek tapi tetap penderita juga. Karenanya NU bisa jadi alat tawar, apalagi di masa pandemi ini, Ketika semua ormas keagamaan menahan diri dalam mensikapi Covid-19, NU menjadi leader dalam Gerakan literasi pemahaman covid-19 dan semua lapisan pengurus ditingkat bawahnya satu komando dengan PBNU.
Jadi Muktamar harus tahun ini, siapa yang mengharuskan ? Setiap Muktamar pasti dan selalu akan banyak pihak yang berkepentingan dan memaksa ikut berpartisipasi dalam suksesinya. Namun, sekali lagi NU didirikan bukan untuk menyenangkan dan menenangkan pihak tertentu. Tapi NU didirikan untuk menjadi penerang dan petunjuk kepada kebaikan dan kemaslahatan ummat, membela yang lemah dan dilemahkan, mendukung yang benar meskipun sendirian. Sebab para pendiri NU memang menjadikan NU untuk niat beribadah dan berbuat baik untuk sesama, bukan untuk mencari kekayaan apalagi jabatan.
Kita Semua mengerti bahwa pandemi belum usai. Kita juga faham banyak anggaran pemerintah disalurkan untuk penanganannya. Semua juga mengerti bahwa Muktamar membutuhkan anggaran yang tidak sedikit, persiapan yang Panjang. Apalagi rencana di provinsi Lampung, yang kebetulan tempat pembukaan dan Penutupan serta acaranya berbeda tempat. Tentu ini memerlukan kesiapan ekstra.
Akhirnya, kita harus jujur. Muktamar tahun 2021 memang betul untuk kepentingan warga nahdliyin atau bukan ? karena kalau hanya untuk pergantian kepemimpinan yang kemudian tidak efektif seperti sekarang ini. Percuma juga. Banyak pengurus pusat PBNU, tapi aktif ditempatnya masing-masing. Kembali mengatas namakan PBNU, ketika ada kepentingannya saja.( Siapa tahu akhir tahun 2021, ada reshuffle cabinet lagi). Semoga tidak seperti itu.
Tambahan, bagi para Romli (penikmat acara nasional) seperti Saya. Kegiatan muktamar adalah event yang sangat menarik dan ditunggu. Banyak alasan bisa dikemukakan dan tentu lebih banyak bersifat kepada manfaat/faedah dan keuntungan pribadi. Tapi, meskipun demikian kami tetap komit dan tunduk atas kebijakan yang diambil oleh keputusan Bersama para pimpinan organisasi NU. Kami dengar dan kami taati.
Semoga apa yang Saya kemukakan keliru. Semoga para pimpinan PBNU, tetap istiqomah dan konsisten dalam menjalankan amanat. Semoga beliau-beliau diberi Kesehatan dan kekuatan untuk melaksanakan tugas organisasinya. Amin.
Anggota boleh salah, pimpinan tidak boleh. (Ceuk Indung)