MASIH ingat Kamis (29/11/2018) lalu? Ya, hari itu merupakan kunjungan kerja Gubsu Edy Rahmayadi ke Masjid Azizi Tanjungpura, Kabupate Langkat.
Saat itu Gubsu Edy Rahmayadi mengatakan memiliki ikatan emosional dengan Langkat. Ia bercerita bahwa ayah dan ibunya berasal dari Bumi Amir Hamzah tersebut. Ayahnya berasal dari Besitang, sedangkan ibunya dari Tanjungpura. Mengingat itu pula membuat Edy Rahmayadi memiliki perhatian yang besar kepada Langkat.
Pada kunjungannya ke Tanjungpura, Edy menyempatkan berziarah di pusara Pahlawan Nasional sekaligus sastrawan Tengku Amir Hamzah. Juga mengunjungi museum Tanjungpura yang berada tidak jauh dari Masjid Azizi.
Menurutnya, Langkat merupakan salah satu daerah bersejarah di Sumut. Untuk itu, Edy meminta masyarakat agar menggali sejarah dari Langkat. “Rakyat wajib bersama sama menjaga itu,” katanya di sela kunjungan kerja.
Pernyataan Gubru Edy Rahmayadi tentu tak sekadar obat pelipur lara bagi etnis Melayu Langkat. Sejak runtuhnya kesultanan Langkat sepertinya etnis Melayu Langkat turut termaginalkan. Kebesaran Kesultanan Langkat masih tersisa Masjid Azizi Tanjungpura. Karena, masjid yang dibangun pada 1882 tersebut memiliki keindahan memukau setiap orang yang memasukinya. Selain itu, terdapat juga masjid Raya Stabat. Masjid ini dibangun dua tahun setelah Masjid Azizi Tanjungpura tepatnya di tahun 1904 dibangun semasa kejuruan THM. Khalid.
Masjid Raya Stabat ini memiliki arsitektur dengan corak Melayu Langkat yang khas. Ini tampak dari warna masjid yang didominasi kuning dan hijau, tak lain warna kebesaran suku Melayu. Pada bagian kuba terlihat menonjol yang menunjukkan ciri khas bangunan Melayu Langkat. Di bagian luar, terdapat pula lebih dari 100 tiang penyangga masjid untuk menahan bangunan rumah Allah itu.
Bukankah sejarah begitu penting bagi setiap daerah di negeri ini? Sejarah Kesultanan Langkat telah dihancurkan oleh revolusi sosial, sehingga yang masih tersisa cerita dalam buku sejarah. Bahkan anak cucu-cucu kita di masa saat ini banyak yang tidak tahu siapa nama Sultan Langkat. Istananya tidak ada dan bertahta di mana Sultan!
Pernah ada wacana membangun replika Sultan Langkat semasa Bupati H Ngogesa Sitepu. Tapi hingga berakhir masa jabatan Ngogesa, replika Sultan Langkat tidak juga berdiri. Wacana tinggal wacana tak juga terealisasi. Warga Langkat menanti realiasasi ucapan Edy Ramayadi jangan sampai terjadi janji tinggal janji. Padahal, Sultan Langkat Azwar Abdul Jalil mengharapkan keberadaan Gubsu Edy bisa menegakkan kejayaan Melayu seperti masa silam.
“Mudah mudahan beliau tetap dalam perlindungan Allah SWT, diberikan petunjuk, pencerahan sehingga kita sebagai masyarakat dapat mempedomaninya,” katanya.
Situs-situs sejarah peninggalan Sultan Langkat tersebar di 23 kecamatan di Kabupaten Langkat, seperti di Kejuruan Stabat, Kejuruan Bingei, Kejuruan Selesai, Kejuruan Bahorok, dan daerah kedatukan
Situs-situs sejarah peninggalan Kesultanan Langkat dapat dijadikan wisata sejarah jika dikemas dengan baik akan meningkatkan pendapatan daerah dan peningkatan ekonomi masyarakat setempat. Wisata sejarah melibatkan pelaku ekonomi dan pemerintah daerah.
Masyarakat Langkat masih menanti realiasasi pernyataan Gubsu Edy Rahmayadi. Entah berapa lama harus menanti sebuah pertanyaan yang belum ada jawabannya. Karena sampai hari ini tak ada realiasasinya. (***)