SIDIKALANG (podiumindonesia.com)-Pemkab Dairi melalui Bidang Peternakan Dinas Pertanian melakukan desinfektan dan sanitasi di lokasi kandang ternak babi yang terdampak serangan virus Hog Cholera.
Salah satu lokasi yang dilakukan penyemprotan dan sanitasi, yakni kandang ternak babi milik masyarakat yang berada di Jalan Batu Kapur, Kecamatan Sidikalang. Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan, J Manurung saat ditemui di lokasi penyemprotan desinfektan ternak babi milik masyarakat mengatakan, penyakit yang menyerang ternak babi kali ini agak lebih berat, biasanya ternak babi yang terserang penyakit Hog Cholera kalau sudah di vaksin tidak akan mati.
“Penyakit yang menyerang ternak babi disini hampir menyerupai virus Hog Cholera, karena dari 9 sampel yang kami kirim ke Balai Viteriner Regional 1 Medan, 3 ekor ternak babi dinyatakan terserang virus Hog Cholera dan 9 ekor lagi masih dalam penelitian lebih lanjut,” kata Manurung, Senin (21/10/2019) siang.
Selain terserang virus Hog Cholera, kematian ternak babi dalam jumlah besar ini diduga suspect ASF (African Swine Fever). Karena biasanya ternak babi yang terserang ASF resiko kematian 100 persen dan penularnnya sangat cepat.
Jadi upaya yang dilakukan Pemerintah Dairi melalui Dinas Pertanian untuk mencegah penyebaran virus ini, dengan melakukan penyemprotan desinfektan dan sanitasi langsung ke kandang ternak milik masyarakat. Serta membagikan obat dan vaksin bagi masyarakat yang ingin melakukan penyemprotan sendiri.
“Kami juga melakukan himbauan kepada masyarakat, apabila ada ternak babinya ada yang mati agar segera di tanam/kubur dan jangan membuang di sembarang tempat. Kalau pun tidak ada tempat atau tanah untuk menanamnya bisa menghubungi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Dairi, karena mereka bersedia menjemput dan menguburkan ternak babi milik masyarakatyang mati,”ucap Manurung.
Menurut Manurung, penyakit yang disebabkan virus Hog Cholera ini tidak menular kepada manusia atau pun hewan lain, karena virus ini ini hanya menyerang sesama ternak babi. “Kalau pun dagingnya di konsumsi manusia tidak akan berdampak, karena penyakit ini bukan zoonosis (penyakit tidak menular dari ternak ke manusia, dan dari manusia ke ternak),” terangnya.
Lebih lanjut Manurung menjelaskan, penyakit yang menyerang ternak babi di Kabupaten Dairi diketahui pada September 2019 minggu kedua. Semangkin hari ternak babi milik masyarakat banyak yang mati sehingga membuat keresahan.
“Apalagi ternak babi yang mati di buang di sembarang tempat, seperti di jalan dan aliran sungai, membuat penyebaran penyakit ini cepat menyebar,”ungkap Manurung. Ditambahkannya, untuk saat ini jumlah ternak babi milik masyarakat yang mati lebih dari seribu, dari data yang kami peroleh per 17 Oktober 2019, jumlah ternak babi yang mati mencapai 1004 ekor dan saat ini terus bertambah.
Pantauan wartawan, masyarakat yang memiliki ternak babi, sangat menyambut baik penyemprotan desinfektan yang dilakukan Pemkab Dairi. Mereka berharap dengan penyemprotan tersebut tidak ada lagi ternak babi yang terserang penyakit dan mati. (pi/gun)