JAKARTA (podiumindonesia.com)- Komando Barisan Rakyat Lawan Pemilu Curang (Kobarkan Perang) menggelar acara Mimbar Demokrasi dengan tema “Mari Rebut dan Perjuangkan Demokrasi yang Dibegal Melalui Pemilu Curang” di Rumah Perjuangan Rakyat Jalan Proklamasi No. 36 Menteng, Jakarta Pusat, Jumat malam (26/4/2019).
Ini adalah rangkaian kegiatan Kobar Perang setelah pada 24 April lalu melaporkan dugaan pemilu curang pada pelaksanaan Pilpres 2019.
Diketahui Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) kemudian merespon pengaduan Kobar Perang dengan memanggil pelapor untuk menjelaskan tata cara beracara dan mekanisme pelaporan di Bawaslu pada 25 April. Kobar Perang digawangi oleh para aktivis pro demokrasi, buruh dan 98 seperti Andrianto, Pius Lustrilanang, Natalius Pigay, Moh. Taufik, Jumhur Hidayat dan Syahganda Naigolan.
Kobar Perang konsisten mengajak aktivis pro demokrasi, aktifis reformasi dan warga negara untuk berkumpul dan menyuarakan hak-haknya yang telah dicurangi pada Pemilu 2019.
Andrianto salah satu inisiator Kobar Perang menegaskan, sikap penyelenggara pemilu baik KPU, Bawaslu dan DKPP tidak pernah mau menyelesaikan masalah ini secara serius. Sementara tuntutan rakyat semakin besar untuk penyelenggara membongkar kecurangan pemilu itu.
Oleh karena semua telah menemui kebuntuan, maka Kobar Perang sudah menyatakan sikap. Pertama, meminta Kepada Bawaslu untuk mengeluarkan pernyataan bahwa Pemilu 2019 adalah pemilu yang curang yang jauh dari azas langsung umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
“Kedua, mendesak Kepada DKPP untuk segera memanggil dan memeriksa seluruh komisioner KPU dan memutuskan untuk memecat mereka secara tidak terhormat,” ujar Andrianto, Sabru (27/4/2019).
Pemilu 2019 disebut-sebut sebagai pemilu dengan tingkat kecurangan paling brutal dengan korban jiwa anggota KPPS yang meninggal dunia sebanyak 144 orang. Tekanan dan faktor psikologis serta kelelahan menjadi sebab korban jiwa terus bertambah. (pi/rmol)