Beranda DAERAH T Syaiful Anhar: Alumni PMII dan HMI di NU Jangan Saling Serang

T Syaiful Anhar: Alumni PMII dan HMI di NU Jangan Saling Serang

137
0
T Syaiful Anhar, Pimpinan Redaksi PODIUMINDONESIA.COM yang juga mantan Ketua IPK Langkat.

LANGKAT (podiumindonesia.com)- Pertarungan dan siasat politik ditubuh keluarga besar NU saat ini sudah memasuki babak yang mengkhawatirkan. Saling serang sesama “keturunan darah biru NU” yang terjadi saat ini jadi satu pertanyaan, apakah serangan yang dilakukan Gus Yahya dan Gus Iful (Alumni HMI-red) pada Cak Imin (Alumni PMII-red) saat ini “murni menegakkan aturan di PB.NU” atau merupakan balasan politik ketika Cak Imin Cs memotong langkah Prof.Mahfud MD {Ketua KAHMI-red) dipilpres 2019 yang lalu?

Pernyataan dan disertai pertanyaan itu keluar dari mulutnya T Syaiful Anhar Alumni LikNas ’86’ GP.Ansor di Stabat,  Senin (2/10/2023).

Kejadian saling serang antara sesama yang mengaku Keturunan darah biru NU, sangat memalukan dan sangat disesalkan. Di satu sisi Gus Yahya dan Gus Iful sibuk merangkul oknum ET yang tidak jelas Ke ‘NU’ an nya, bahkan ET diberiksn karpet merah menjadi Ketua di Harlah 1 Abad NU yang lalu. Sementara disisi lain, Gus Yahya seperti orang yang sedang kesurupan menggergaji Cak Imin.

Di pentas politik. “Cak Imin telah jadi korban di KKIR” dan sekarang dia sedang berada didalam Koalisi Perubahan yang didukung banyak pihak. Kyai Kampung, Habaib, para Nyai, NU Kultural di Jatim dan Jateng serta diseluruh pelosok NKRI kini sedang mengelukan duet “AMIN”, apa masih mau dikerjai juga lagi” tandasnya.

Menurut Syaiful yang juga mantan Ketua KorCab.Rumah Kyai H.Ma’ruf Amin Langkat itu “dendam politik Gus Yahya dan Gus Iful pada Cak Imin jangan sampai merusak akal sehat.

Ingatlah, Gus Yahya dan Gus Iful adalah Ketum dan Sekjen di PB NU saat ini “kalian berdua harus netral” pada para pihak dikeluarga besar NU yang punya sahwat dipolitik.

Selaku Alumni LikNas ’86’ GP.Ansor yang saat ini masih hidup, hanya bisa berharap pada Gus Yahya;dan Gus Iful agar lebih fokus saja ngurusi PB.NU. Dalam hal politik pedomani saja nasihat maklumat Rois Am PB. NU di era tahun 80an (KH.Ahmad Sidik-red).

NU itu tidak kemana- mana,tapi ada dimana- mana”. Berangkat dari pernyataan KH.Ahmad Sidik tersebutlah kader NU bisa keluar dari PPP dan masuk ke Golkar (pindahnya H.Slamet Efendi Yusuf Cs-red).

Dari kejauhan saya hanya bisa berharap pada Gus Yahya dan Gus Iful agar lebih fokus mengurusi PB.NU dan melakukan seleksi ketat terhadap “bakal calon” ataupun pengurus NU disetiap tingkatan. Sehingga tak ada ruang dan peluang koruptor bersembunyi di kepengurusan NU.

Diperketatnya peraturan penyelekslan “bacalon” pengurus NU disetiap tingkatan bisa menjadi pagar dan menghindari terjadinya kasus seperti Bendahara Umum PB. NU yang di cokok KPK beberapa waktu lalu. “Itu sangat memalukan” ujar pria berumur 62 tahun tersebut.

Mengapa saya minta Gus Yahya dan Gus Iful melakukan itu ? Karena tidak tertutup kemungkinan oknum- oknum yang menjarah uang negara mencoba berlindung di NU yang punya nama besar ujar Syaiful dengan mimik yang cukup serius.

Terakhir saya berharap jangan ada faksi di PB. NU antar Alumni PMII dan Alumni HMI. Kalau kalian di Kramat Raya 164 (pemilik darah biru- red) punya perbedaan kepentingan politik yang berbeda tolong jangan sampai dibawa-bawa ke arus bawah” ujarnya.(tsunami)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini