KABAR sepekan negara seribu pulau ini menghebohkan jagat raya. Apakah ini merupakan indikasi pengalihan isu? Atau sengaja membooming jelang Pilkada 171 daerah. Atau, bisa jadi membuang fragtisme #2019gantipresiden dan #2019tetapjokowi.
Ya, segelintir fakta itu muncul tanpa diduga. Perang pilitik Indonesia, pendukung yang jarang akur hingga media sosial saling kecam, siapa yang kuat dan siapa bakal menjadi pencundang.
Toh akhirnya semua kasus perkasus dapat disaksikan pada 27 Juni mendatang serta April 2019 nanti. Hanya saja, seiiring dengan bergulirkan berbagai hasteg, bertabur pula kejadian di Indonesia. Seolah prahara pergantian presiden memunculkan kesenjangan di antara kita sebagai rakyat berdaulat.
Pun patut dicurigai bahwa pentolan-pentolan teroris membuncah kondisi tanah air. Malahan, ketika serangan teroris di Mako Brimob Selasa lalu mengendus hegemoni teroris dengan label JAD dan JAT di balik itu semua.
Mirisnya, tatkala ratusan, entah namanya simpatisan atau pelaku-pelaku teroris dipindah ke Nusakambangan, negeri ibu Pertiwi makin menggemparkan. Serangkaian teror menggetarkan di negeri ini.
Terbukti, Minggu pagi, lagi-lagi masyarakat terhentak. Tiga bom bersarang di gereja Surabaya. Nah, yang paling mencengangkan bahwa di antara pelaku merupakan seorang wanita. Tak hanya itu, dikabarkan lagi pelaku merupakan satu keluarga.
Apakah mereka benar teroris? Benarkan atau tidakkah mereka satu keluarga! Sejurus itu, entah suatu kemustahilan, sehari sebelum peristiwa mencekam tersebut, di istana negara lagi sibuk dengan permainan basket.
Tak lain tak bukan, Presiden Jokowi sibuk ‘mengolah’ tangan memasukkan bola ke dalam keranjang. Asyik bermain basket di istana juga menjadi viral di medsos. Sayangnya, Jokowi kalah. Usai Jokowi ngebasket, sehari setelah itu bom demi bom mengguncang Surabaya.
Mungkinkah ini merupakan keteledoran aparat? Padahal, anggaran mengantisipasi bom atau apalah namanya telah ditambah. Triliunan dikucurkan hanya untuk belajar, belajar dan belajar. Begitu pula halnya dengan program Jokowi (kerja, kerja dan kerja) hingga menghasilkan utang berlipat ganda.
Seakan duit yang digelontorkan dari keringat rakyat sia-sia belaka. Skema antisipasi aksi teror tak jua terbendung. Ke mena intel kita hingga kecolongan? Di mana peran BIN yang katanya mumpuni mengantisipasi?
Wow…masyarakat hanya bisa mengelus dada. Perih, pedih, duit habis, dan sebagainya melanda negeri ini. Ibu pertiwi menangis, titisan keteladan Presiden Pertama Soekarno seolah hilang. Negeri ini pun antahberantak.
Namun pastinya akibat heboh kabar sepekan, drama #2019gantipresiden dan razia kaos itu tergantikan. Kabar sepekan menghilangkan trauma #2019gantipresiden. Hahaaa…cuma bisa tertawa dan berkata ‘kenapa negara ini makin tak terkendali’. (***)