MEDAN (podiumindonesia.com) – Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Tricom telah berganti nama menjadi STIE Mahkota Tricom Unggul (MTU).
Dengan perubahan nama itu, MTU yang berkampus di Jalan Pematang Pasir nomor 27 Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli, Kota Medan, kini mengusung kurikulum yang khas, yakni internationalization dan technopreneurship.
Ketua STIE MTU Prof Ir Zulkarnain Lubis MS PhD kepada wartawan mengatakan, untuk mata kuliah internationalization, pertama bahasa Inggris dengan 4 mata kuliah (grammar, reading, listening, writing).
Kedua, academic visit yaitu kunjungan akademik dan belajar selama 10-14 hari di perguruan tinggi luar negeri.
“Sedangkan mata kuliah technopreneurship, pertama magang di perusahaan mitra MTU yang disatukan dengan penelitian untuk skripsi selama 4 bulan. Kedua mata kuliah mengenai Information and Communication Technology atau Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan digital,” kata peraih doktor ekonomi dari Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) ini, Rabu (20/5/2020).
Ketiga, tambah Prof Zul, sapaan akrabnya, adalah kewirausahaan dalam bentuk praktik kerja dengan output berupa business plan. Dan keempat, industrial visit, berupa kunjungan industri yang digabung dengan mata-mata kuliah tertentu.
“Sedangkan untuk pembangunan karakter, mata kuliahnya dilakukan dalam bentuk pelatihan full day. Pertama, agama sebagai pedoman hidup, kedua ESQ (Emotional and Spiritual Quotient), dan ketiga kewarganegaraan,” kata Prof Zul seraya menambahkan, pelajaran agama di MTU bukan sebagai ilmu pengetahuan ansich, melainkan untuk mengubah karakter mahasiswa agar berprilaku sesuai agama masing-masing.
Dijelaskannya, perubahan nama STIE Tricom menjadi STIE MTU dilakukan setelah melewati proses metamorfosis. Bermula dari lembaga kursus komputer yang menjelma menjadi STIE Tricom.
Tricom pernah berjaya, lalu redup. Dan sejak setahun lalu, dengan pimpinan baru baik di yayasan maupun di lingkungan STIE Tricom, bertansformasi menjadi kampus unggul di Kota Medan.
STIE Tricom yang dulu berkampus di Medan Marelan pindah ke kampus refresentatif di Jalan Pematang Pasir nomor 27, Medan Deli.
Kampus baru ini memiliki sarana dan prasarana yang lengkap, mulai dari gedung kuliah, laboratorium, perkantoran hingga perpustakaan. MTU juga memiliki lahan seluas 2 hektare yang rencananya akan dikembangkan menjadi kampus II.
“Istilah biologinya, STIE Tricom sudah bermetamorfosa dari ulat menjadi kepompong, dan saat ini menjadi kupu-kupu dengan nama baru STIE MTU,” kata peraih S1 dan S2 Insititut Pertanian Bogor (IPB) ini.
Menurut Prof Zul, dengan nama baru di bawah naungan Yayasan Pendidikan Mahkota Tricom yang diketuai Usli Sarsi, STIE MTU kini punya pemikiran, konsep dan program baru. Dengan demikan, masyarakat juga memiliki persepsi dan image yang baru tentang MTU.
“Perubahan nama dari STIE Tricom ke STIE MTU itu baru metamorfosa pertama. Metamorfosa berikutnya yang lebih dahsyat, yakni dari kupu-kupu menjadi kupu-kupu yang indah. Dalam hal ini dari STIE MTU akan menjadi Universitas Mahkota Tricom Unggul (UMTU). Saat ini masih dalam proses pengurus izin perubahannnya. Dan Insya Allah, nantinya kita akan mengasuh lima program studi, yakni agribisnis, teknik informatika, sistem informatika (ketiganya baru), dan manajemen serta akuntansi (lama). Selain itu, kita juga sedang menggagas pembukaan prodi baru Bisnis Digital,” tambah mantan Rektor UMA ini.
Metamorfosis itu, kata Prof Zul, karena STIE MTU di-back up perusahaan besar di bawah naungan Mahkota Group yang memiliki sejumlah anak perusahaan.
Anak-anak perusahaan ini semuanya memberikan bantuan untuk pengembangan MTU menjadi perguruan tinggi unggul.
Penggagas SMA Plus Madina ini juga mengatakan, belajar dari kasus Covid-19, perkuliahan sistem daring kini amat penting.
Karenanya, mulai semester depan, STIE MTU akan merancang perkuliahan e-learning dengan sistem sendiri yang lebih modern.
Untuk saat ini, katanya, pihaknya menerima pendafaran mahasiswa baru melalui sitem online. “Bagi calon mahasiswa baru yang ingin mendaftar ke STIE MTU, bisa membuka link shorturl/yBP45,” katanya. (rel/PI)