MEDAN (podiumindonesia.com) – Ratusan peserta mengikuti Webinar Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mahkota Tricom Unggul (STIE MTU) bertemakan ‘Masa Depan Bisnis Kelapa Sawit’, Sabtu (25/7/2020).
Selain mahasiswa, Ketua STIE MTU Prof Zulkarnain Lubis beserta sejumlah narasumber berskala nasional seperti Prof Dr Ir Bungaran Saragih MEC PhD, Ir M Abdul Ghani yang juga Direktur Utama PTPN Holding, serta Ketua Yayasan MTU Usli Sarsi ikut terlibat memberikan materi dan pengalaman kepada peserta webinar tersebut.
Prof Zulkarnain Lubis menyampaikan, kita ketahui bahwa kelapa sawit merupakan komiditas andalan bagi Indonesia, karena memberikan kontribusi yang begitu besar bagi perekonomian nasional, baik penyerapan tenaga kerja serta menyumbang devisa terbesar bagi negara.
“Topik ini sangat menarik kita (STIE MTU) angkat, karena industri kelapa sawit cukup berkembang pesat di Indonesia. Bahkan memberikan kontribusi besar terhadap bangsa dan negara,” ujarnya.
Apalagi, tambahkan, di masa depan bisnis kelapa sawit terbilang sangat cerah. “Dengan hadirnya pabrik-pabrik dengan bahan baku bakar dari minyak kelapa sawit membuka peluang yang begitu besar dalam mendorong perekonomian kita di masa depan,” ucapnya.
Sementara itu, Prof Bungaran Saragih dalam materinya menyampaikan, perkebunan kelapa sawit telah berkembang sejak tahun 1980. “Karena kepala sawit begitu menguntungkan mendorong industrinya berkembangan cukup cepat. Perusahaan swasta dan nasional yang bergerak di dunia sawit bermunculan,” ujarnya.
PTPN adalah perusahaan sawit milik pemerintah yang diberi tugas mengembangkan sawit rakyat dalam bentuk PIR. Seiring dengan perkembangannya, swasta juga didorong untuk mengembanhlam sawit rakyat. “Sejak tahun 1985, sawit rakyat berkembang cukup pesat,” bebernya.
Data yang diperoleh di tahun 2018, jumlah luasan lahan sawit di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 14 juta hektar. “Dalam kurun 40 tahun, perkembangan sawit cukup cepat. Ini membuktikan komiditi sawit sangat menguntungkan,” ucap mantan Menteri Pertanian tahun 2000 s/d 2004 era Presiden Gusdur.
Menurutnya, industri sawit juga telah mendorong pertumbuhan perekonomian tanah air. Hal itu dirasakan oleh berbagai sektor agribisnis, seperti sektor keuangan; perdagangan hotel dan restoran; industri kimia, pupuk dan pestisida; industri migas dan pertambangan; transportasi; infrastruktur; industri makanan; mesin dan peralatan listrik; sektor lain dan jasa lainnya.
Ketua Yayasan STIE MTU, Usli Sarsi yang juga CEO Mahkota Group mengungkapkan, sawit telah ada sejak tahun 5000 tahun yang lalu berdasarkan analisis ditemukan di negara Afrika.
Perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia sungguh luar biasa dan sangat berpotensial lebih luas lagi. Seiring dengan itu, muncul lah berbagai isu black campain yang berasal dari luar Indonesia, yang tujuannya ingin menjatuhkan image industri kelapa sawit.
“Mahkota Group merupakan perusahaan swasta yang bergerak dalam bisnis perkebunan kelapa sawit sejak tahun 2011. Sawit nasional telah menyumbang devisa negara terbesar setelah industri migas. Hasil turunan dari kepala sawit telah menjadi kebutuhan bagi kehidupan kita sehari-hari,” ujarnya.
Bahkan, dari turunan sawit sangat dicari dan minati. “Seperti Cangkang sawit yang dapat digunakan sebagai sumber energi biomas kini dibutuhkan Jepang. Infonya telah terjalin kontrak senilai 1 miliar dolar,” bebernya.
Dalam webinar kali ini, Usli Sasri mengajak para mahasiswa-mahasiswi STIE MTU untuk menjadi investor di dunia kelapa sawit. “Mahkota Group telah go public melalui IPO. Mahasiswa yang berpikir dengan masa depan, dapat menjadi investornya dengan membeli saham perusahaan Mahkota Group,” ucapnya.
Usli mengakui, bahwa kesadaran generasi milenial saat ini untuk menjadi investor sangat minim. “Padahal, dengan berinvestasi kita telah memikirkan dan menentukan masa depan kita ke depan yang lebih baik lagi,” sebutnya.
Di kesempatan itu, Ir M Abdul Ghani memberikan pengalamannya. Menurutnya, kelapa sawit itu tidak ada permasalahannya. “Sekarang ini, pemerintah di masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat komitmen mendukung pertumbuhan sawit di masa depan,” ujarnya.
Seperti diketahui, ketersediaan sumber energi fosil diperkirakan mulai menipis. Alternatifnya adalah kepala sawit yang menjadi sumber pangan dan energi di masa depan harus dipertahankan.
Namun demikian, perang global terhadap sawit tidak dapat dihindarkan. “Saat ini, perang global menyasar pangan dan energi. Apalagi di masa pandemi ini, pemerintah harus menjamin ketersedian pangan dan energi dalam negeri. Salah satunya adalah bagaimana memanfaatkan sawit menjadi sumber pangan dan pangan,” ucapnya.
Inilah, lanjutnya, tugas pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan dengan memanfaatkan industri kelapa sawit menjadi sumber pangan dan ketahanan energi. “Kita sedang memperkuat legalitasi komoditi sawit demi meningkatkan kesejahteraan rakyat di masa depan,” ulasnya. (rel/PI)