JAKARTA (podiumindonesia.com)- Perum Bulog telah melakuan impor beras untuk menstabilkan lonjakan harga beras beberapa waktu lalu. Saat ini, sudah ada 57 ribu ton beras asal Vietnam yang masuk ke Indonesia.
Sekertaris Perusahaan Perum Bulog Siti Kuwati mengatakan, rencananya ada 281 ribu ton beras yang akan diimpor, dari rencana sebelumnya 500 ribu ton. Beras tersebut akan didatangkan dari dua negara Thailand dan Vietnam.
“Yang baru datang (57 ribu ton) itu dari Vietnam. Thailand belum sampai,” tuturnya, kemarin.
Dia menerangkan, beras impor yang sudah datang itu merapat di beberapa pelabuhan. Seperti di Pelabuhan Tenau, Kupang, Nusa Tenggara Timur, sudah dibongkar sebanyak 10 ribu ton.
“Kemudian di Pelabuhan Merak sebanyak 6 ribu ton dengan posisi belum bongkar dan di Pelabuhan Tanjung Priok masih menunggu dok bongkar lengkap sebanyak Rp41 ribu ton,” tuturnya.
Sebagai informasi, kedatangan beras impor asal Vietnam ini berbarengan dengan musim panen. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, sudah mulai terjadi panen di sejumlah daerah Indonesia. Mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Bahkan panen pada saat ini dikhawatirkan akan membuat harga gabah kering panen di petani menurun hingga pemerintah akan membuat tim khusus agar harga tidak jatuh terlalu jauh dari Harga Pokok Penjualan (HPP).
“Kami membentuk tim sergab (serap gabah) di daerah sentral produksi, 7 provinsi. Langsung kami gerakan seluruh tim. Jangan sampai ada petani mengeluh karena harga di bawah HPP,” tuturnya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menjamin padi petani di tengah panen raya sekarang hingga April 2018 akan diserap pemerintah. Walaupun sekarang impor beras melalui Perum Bulog sebanyak 500 ribu ton sudah dimulai.
Enggar mengklaim, sampai saat ini tidak ada protes dari petani soal rencana impor beras. Menurutnya, banyak petani yang setuju.
Beras impor 20.000 ton dari Thailand segera masuk ke Sumatera Utara melalui Pelabuhan Belawan pada 17 Februari 2018. Dari rencana 34.000 ton jatah Sumut, yang akan segera masuk masih 20.000 ton. (PI/OKZ)