WASHINGTON (podiumindonesia.com)- Komando Pusat (CENTCOM) Amerika Serikat (AS) merilis data resmi korban sipil di Irak dan Suriah yang terbunuh oleh serangan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS). Total sekitar 885 warga sipil di dua negara itu terbunuh dan AS mengklaim sebagai insiden tidak sengaja.
Jumlah kematian warga sipil di dua negara itu itu meningkat tiga kali lipat pada tahun 2017 sejak koalisi pimpinan AS melancarkan serangan dengan nama “Operation Inherent Resolve”. Operasi ini untuk memerangi kelompok Islamic State atau ISIS.
Dalam laporan CENTCOM yang dikutip SINDOnews dari situs resminya, Kamis (29/3), satu dari lima serangan udara oleh koalisi anti-ISIS (Daesh) pimpinan AS telah membunuh warga sipil. Koalisi mengaku menewaskan paling tidak 855 warga sipil dalam serangan udara di Irak dan Suriah selama empat tahun terakhir.
“Hingga saat ini, berdasarkan informasi yang tersedia, Combined Joint Task Force – Operation Inherent Resolve (CJTF–OIR) menilai setidaknya 855 warga sipil telah secara tidak sengaja terbunuh oleh serangan Koalisi sejak dimulainya Operasi Inherent Resolve,” bunyi laporan bulanan CENTCOM.
Pernyataan itu juga menyebut total 29.225 serangan udara telah dilakukan antara Agustus 2014 hingga Februari 2018. Koalisi menyoroti bahwa banyak pekerjaan masih perlu dilakukan untuk memastikan kekalahan yang abadi dari kelompok teroris Daesh.
Lonjakan korban tewas dari warga sipil di Irak dan Suriah hingga tiga kali lipat pada tahun 2017 ini sudah diakui AS sejak Januari lalu. Kendati demikian, kelompok nirlaba yang berbasis di London pernah mengatakan bahwa korban sipil sebenarnya jauh lebih tinggi dari yang diakui Amerika. Kelompok itu meyakini hampir 6.000 warga sipil di dua negara tersebut tewas sejak 2014. (PI/SND)