GAGALNYA Indonesia menjadi tuan rumah untuk suatu even olah raga tingkat dunia yang digagas FIFA sungguh sangat menyesakkan dada pecinta olah raga bola di tanah air. Tendangan bola panas dari Gubernur Bali dan ditempong oleh sang Gubernur Jateng di luar perkiraan ‘nalar politik’. Karena kedua Gubernur tersebut adalah kader yang ditugaskan partai banteng untuk nyalon di Pilgub di JawabTengah dan Bali “terpilih pula”.
Sedangkan Jokowi pun ditugaskan partai yang sama dengan gubernur yang lagi tenar dengan gagalnya even olahraga yang digawangi ET dan PSSI ‘yang didukung oleh Jokowi’ yang juga petugas partai. Sangat kental nuansa politik atas kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah (gawesn PSSI di bawah komando ET) yang juga didukung oleh Jokowi “petugas dari partai yang sama dengan dua gubernur tersebut.
Pertandingan olah raga tingkat dunia akhirnya terseret oleh arus politik yang kejam dan tidak bermartabat menjadi catatan buram untuk petugas partai. Khalayak menyaksikan antar sesama petugas partai saling seruduk tentang Palestina dan Israel dalam olahraga.
Palestina yang menjadi kambing hitam oknum petugas partai. Walau belum sempurna betul kemerdekaannya Palestina tak menolak dan mempersoalkan Israel ikut serta dalam ajang FIFA tersebut. Tapi kita bangsa yang katanya beradab heboh sendiri dan memalukan negeri sendiri dimata dunia khususnya FIFA.
“Campursari politik dan olah raga yang dikemas dengan satu pembelaan untuk Palestina” adalah suatu tontonan politik lucu dan aneh. Kejadian sesama petugar partai saling seruduk di dunia olah raga membuat kita bertanya-tanya,apa yang sedang terjadi didalam kandangnya banteng? Politik memang kejam Pak Erik, semoga tidak menyurutkan langkah terus bekerja Sahabat. (***)
