TAK salah pepatah menyebut “rambut sama hitam namun hati siapa tahu”. Di depan manggut, bagaimana kalau di belakangnya? Ada yang setuju alias mendukung, barisan kontra pastinya memilih relasi lain. Mungkin dianggap lebih mumpuni, mencurahkan seisi hati dengan janji-janji mulus. Bisa jadi juga karena politik “balas budi” yang kerap dipertontonkan di negeri ini.
Sekecil Kabupaten Langkat, pun seolah demikian gambarannya. Hasil telusur selama ini, diperkirakan hampir 75 persen warga Langkat mendukung Syah Afandin melanjutkan tongkat estafet di Bumi Amir Hamzah. Hal itu tak bisa dipungkiri melihat kehadiran massa ketika Plt Bupati Langkat ini turun ke desa menyapa warga atau apalah namanya.
Gaung H.Syah Afandin nomor satu di Pemkab Langkat periode 2024-2029 menggema. Murnikah mereka mendukung? Sekalangan masyarakat kecil alias kelas bawah, ya bisa jadi secara teori menginginkan kembali adik kandung Dato’ Sri H.Syamsul Arifin duduk di Singgasananya lagi. Bagaimana segelintir anak buah Syah Afandin yang turut membantunya selama setahun lebih di jabatan Plt?
Ya, itu tadi anak buah cuma bisa manut-manut waeee. Takut diberi sanksi atau apalah, yang penting asal bapak senang alias ABS. Di balik itu semua, sebenarnya ada beberapa anak buah Syah Afandin yang coba “membegalnya” di Pemilihan Bupati pada 2024 mendatang.
Apakah mereka barisan garis keras penghempang H.Syah Afandin? Jawabannya belum tentu. Barisan sakit hati atau anak asuh boss Pemkab Langkat sebelumnya, sinyal itu lebih bisa diakui. Sebab (sangat lumrah) bahwa ganti pimpinan sejalan perubahan pula struktur permainan. Anak asuh yang terkadang loyalis di depan, itu harus juga diantisipasi oleh H.Syah Afandin.
Kemauan pimpinan diikuti, walau bermain dengan skema aturan lama. Tetap melakukan konsolidasi atas arahan mantan-mantan big bos untuk mengobok-obok kelanggengan H.Syah Afandin. Dari tingkat lingkungan stakeholder hingga esselon pejabat kecamatan dan kepala desa diduga masih ada yang “baling” di antara lingkup H.Syah Afandin.
Meski gambaran itu tampak jelas di depan mata, hendaknya jadi pelecut bagi H.Syah Afandin. Dan seorang H.Syah Afandin yang punya pengalaman di organisasi dan kancah politik, sepertinya akan memasang radar-radar tersendiri. Siapa yang pro dan kontra dalam lingkarannya.
Limit hingga Desember 2023, juga belum jadi patokan 75 persen (yang diprediksi) jadi pendukung murni baginya. Karena pemilihan kepala daerah (Gubernur, Bupati, Walikota) itu baru bergulir November tahun mendatang. Masih ada rentang waktu setahun belakangan pimpinan Langkat dipegang penjabat sementara (Pj-red)
Dikhawatirkan, dari situ (setahun ke depan) anak asuh “musang berbulu ayam” di lingkaran Syah Afandin bergerilya. Ya, dengan pendekatan dari hati ke hati ke masyarakat. Memasang “ranjau” lewat formasi calon kepala daerah tandingan dan sebagainya. Dan, otomatis para gerakan bawah tanah pembegal H.Syah Afandin dapat memanfaatkan situasi tersebut.
Dengan situasi tercermat saat ini, apa yang harus dilakukan Syah Afandin? Tak ada kata lain “singkirkan dan berikan warning keras”. Mumpung Syah Afandin masih ada waktu 2 (dua) bulan ke depan sebelum meletakkan jabatan Plt. Bupati Kabupaten Langkat. SEMOGA.. (red)