BENARKAH usia Pemkab Langkat 269 tahun? Pertanyaan itu kembali menjadi ulasan PODIUM pada edisi ini.
LANGKAT (podiumindonesia.com)- Sebab, alangkah mustahil sejak diakui 1967 lalu bersama seorang pemangku jabatan Tengku Ismail Aswhin dan hingga kini baru 11 bupati menduduki posisi empuknya. Dan sebegitu naifnya usia Pemkab Langkat 269 tahun.
Anehnya lagi, tepat beberapa hari ke depan, Pemkab Langkat lagi-lagi menasbihkan diri merayakan HUT-nya. Dari literatur diperoleh PODIUM, tanggal 17 Januari tersebut merupakan HUT-nya Kesultanan/Kerajaan Langkat, bukan Pemkab Langkat.
“Sekali lagi saya luruskan tanggal 17 Januari itu HAUL-nya Kerajaan Langkat, bukan HUT Kabupaten Langkat. Makanya jangan disamakan HAUL Kerajaan dan HUT Kabupaten. Inilah yang kerap kami bahas selaku putra Langkat selama ini. Namun anehnya, toh itu dianggap angin lalu oleh pejabat Bupati Langkat sebelumnya,” tegas tokoh pemuda Langkat, T Syaiful Anhar kepada PODIUM, kemarin.
Bahkan, kata Syaiful, pihaknya telah menggagas untuk dilakukan seminar, namun tidak mendapatkan respon dari Pemkab Langkat. Bukankah salah satu pengakuan tentang hari jadi suatu daerah itu dengan rekomendasi seminar.
“Dan kita telah berupaya menggagasnya melalui seminar, tapi tidak diamini pihak atau pejabat daerah di sini. Termasuk putra terbaik Langkat di DPRD Sumut. Sekali saya katakan jangan samakan HUT Kerajaan Langkat dengan Pemkab Langkat,” ungkapnya.
Peristiwa demi peristiwa diharapkan menjadi rujukan bagi Bupati Langkat mendatang, Terbit Rencana Peranginangin.
Dia pun berharap kepada Bupati Langkat terpilih Terbit Rencana Perangin-angin, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi serta anggota dewan terhormat lebih cermat mengesahkan HUT-nya Kabupaten Langkat.
Apalagi, katanya, Gubsu Edy Rahmayadi, telah meminta masyarakat khususnya generasi muda untuk menjaga kelestarian peninggalan sejarah di Langkat. Seperti Masjid Azizi Tanjung Pura. Karena, masjid yang dibangun pada 1882 tersebut memiliki nilai sejarah yang penting diingat oleh generasi muda.
Artinya, beber Syaiful, Gubsu Edy Rahmayadi mengingatkan jangan meninggalkan sejarah. “Ya, begitu jualah yang kita harapkan tentang HUT-nya Kabupaten Langkat, hendaknya jadi perhatian bagi Gubsu Edy Rahmayadi,” imbuh Syaiful yang juga Ketua FKSU ini.
Saat berkunjung ke Tanjung Pura, Langkat akhir Desember lalu, Edy menyatakan bahwa Masjid Azizi tidak hanya dimiliki masyarakat Langkat. Bahkan, masjid tersebut bukan hanya milik orang Sumatera Utara. “Ini cagar budaya, semua orang se Indonesia akan berteriak jika masjid ini roboh,” katanya
Dikatakannya, menjaga sejarah begitu penting bagi satu negara. Jika ingin menghancurkan satu negara, maka hancurkan sejarahnya. “Sehingga orang tak kenal sejarah. Cucu-cucu kita di masa depan tak tahu mana sejarah kita,” kata Gubsu Edy.
Selain itu, Edy juga menyampaikan, dirinya memiliki ikatan emosional dengan Langkat. Ia bercerita bahwa ayah dan ibunya berasal dari Langkat. Ayahnya berasal dari Besitang, sedangkan ibunya berasal dari Tanjung Pura. Hal tersebut membuatnya memiliki perhatian yang besar dengan Langkat.
Pada kunjungannya ke Tanjung Pura, Edy menyempatkan berziarah di pusara Pahlawan Nasional sekaligus sastrawan Tengku Amir Hamzah. Juga mengunjungi museum Tanjung Pura yang berada tidak jauh dari Masjid Azizi.
Menurutnya, Langkat merupakan salah satu daerah bersejarah di Sumut. Untuk itu, Edy meminta masyarakat agar menggali sejarah dari Langkat.
Dari ungkapan Gubsu Edy Rahmayadi, T Syaiful Anhar menyiratkan bahwa orang nomor satu di Pemprovsu itu seolah membuka hati masyarakat Langkat mengenai pengesahan HUT-nya Kabupaten Langkat.
“Kita lihat sendiri Gubsu Edy Rahmayadi cukup perhatian dengan Kabupaten Langkat. Sederet sejarah berdirinya Kabupaten Langkat telah dipaparkan Edy Rahmayadi, begitu juga dengan orangtuanyan yang juga berasal dari sini. Jadi tak ada kata telat untuk membuka lembar baru mengenai keabsahan HUT-nya Kabupaten Langkat ini. Jujur saja sudah berapa tahun HUT Kabupaten Langkat tapi jangan samakan dengan usia Kerajaan Langkat,” timpal Syaiful.
Kembali ke perjalanan Gubsu Edy Rahmayadi ke Langkat beberapab waktu, dia mengatakan Kabupaten Langkat harus bangkit dan kembali berjaya seperti dahulu di era tahun 1960 – 1970-an. Pada masa itu, Langkat berjaya dengan gas dan minyaknya, namun kini tidak lagi berjaya.
Untuk itu, Gubsu mengajak segenap masyarakat terutama kepala desa untuk bangkit membangun Langkat. “Langkat ini maunya kemana? Hanya begini begini saja? Lebih baik zaman atok saya dari sekarang,” katanya.
Padahal Langkat kata Edi memiliki potensi sumber daya alam yang besar. Ada gas, minyak, pertanian dan perkebunan yang besar di Langkat. “Tapi kenapa kita tak bisa berbuat, kemana kita?” tanya Gubsu.
Edy Rahmayadi berharap , kondisi Langkat ke depan harus berubah. Anak cucu mayarakat Sumatera Utara, khususnya Langkat tidak boleh sulit seperti sekarang. Langkat harus menghidupkan kembali pertaniannya, karena pemprovsu juga memiliki visi memajukan Agraris
“Kondisi kita seperti ini harus berubah, kehidupan Langkat tidak lain tidak bukan dengan pertaniannya,” jelas Edi.
Kepada Bupati dan Wakil Bupati terpilih Kabupaten Langkat (2019 -2023), Terbit Rencana dan Syah Afandin, Gubsu berpesan agar selalu kompak. Agar selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah.
“Syukuri ini, nikmati ini, jangan sampai anda yang menjadi orang pertama yang masuk neraka,” pesannya.
Edy berjanji akan datang kembali ke Langkat untuk melihat perkembangan apa yang sudah terjadi setelah kedatangannya. “Kunjungan selanjutnya saya akan datang langsung ke desa anda,” tandasnya.
Debat Kusir
Pemerintah Kabupaten Langkat setiap tahun memperingati Hari Jadi Kabupaten Langkat, untuk tahun 2019 ini peringatan ke-269 tahun.
“Kalau hari jadi Langkat tidak menjadi masalah tapi kalau hari jadi Kabupaten Langkat perlu dipermasalahkan,” kata Ketua IPK Kecamatan Wampu, Langkat, Muhammad Nasrun alias Ucok Sakti mengawali perbincangan dengan PODIUM di resto Stabat City, Kamis kemarin.
Lanjutnya, persoalan Hari Jadi Kabupaten Langkat kerap menjadi debat kusir masyarakat awam di warung-warung kopi. Sengitnya debat sampai ada yang menggebuk meja. Masalahnya sederhana hari jadi Langkat atau hari jadi Kabupaten Langkat.
“Kalau hari jadi Langkat ke 269 dihitung dari 17 Januari 1750 M, yes Ok kita sepakat. Tapi terbentuk menjadi sebuah Kabupaten Langkat berusia 269 itu yang kami tidak sepakat. Karena Kabupaten Langkat terbentuk setelah Republik Indonesia Merdeka,” terangnya.
“Dengan demikian pandapat saya tanggal 17 Januari bukan ulang tahun Kabupaten Langkat tapi ulang tahun Kesultanan Langkat. Perda No. 11 Tahun 1995 dan diundangkan dalam lembaran daerah 20 Mei 1996 dengan motto “Bersatu Sekata Berpadu Berjaya” agaknya pelu ditinjau kembali,” tambah Ucok.
Sedangkan jika berdasarkan. UU No 7 Drt Tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonom kabupaten dalam lingkungan propinsi Sumut tanggal yang diundangkan 14 Nopember 1956 secara administratif Kabupaten Langkat menjadi daerah otonom yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri dengan kepala daerahnya (Bupati) Netap Bukit.
Tapi, urai Ucok, kalau berdasarkan PP No. 5 tahun 1982 tentang pemindahan Ibu Kota Kab. Langkat dari wilayah Kodya Binjai ke Stabat diundangkan tanggal 1 Maret 1982.
Pemerintah Kabupaten Langkat tinggal pilih menetapkan hari jadi Kabupaten Langkat mau berdasarkan UU No. 7 Drt 1956 14 Nopember 1956 atau PP No. 5 tahun 1982 tanggal 1 Maret 1982.
Di akhir perbincangan, Ucok Sakti meminta agar Hari jadi Kabupaten Langkat dikembalikan pada sejarah ditetapkannya Langkat menjadi sebuah kabupaten Tingkat II oleh pemerintah.
“Ini penting agar anak cucu kita di kemudian hari tau mana hari jadi lahirnya kesultanan Langkat dengan Hari Jadi Kabupaten Langkat. Kalau hari jadi Langkat milik masyarakat adat melayu Langkat tapi kalau hari jadi Kabupaten Langkat milik semua etnis di Langkat jangan dicampur aduk,” tandasnya. (RUSDI)