MEDAN (PODIUM) – Indonesia telah menjadi target dan market peredaran narkoba yang dinilai sangat potensial. Penghancuran negara melalui pelemahan generasi muda dan masyarakat.
Bahkan telah menyusupi aparat penegak hukum, baik itu oknum TNI, Polri, maupun penegak hukum lainnya. “Kehancuran negara sudah diambang pintu. Pilar negara TNI, Polri, sudah mulai tersusupi. Ini bukan hanya tanggungjawab BNN dan kepolisian, tetapi tanggungjawab kita semua,” tegas Kepala BNN RI Komjend Pol Budi Waseso.
Budi Waseso menyatakan, pemberantasan narkoba di Colombia telah mendapat perlawanan menggunakan senjata dari kartel dan mavia narkoba. Cartel narkoba Indonesia juga akan melakukan perlawanan yang sama. Mereka tidak mau bisnis narkoba hilang dari bumi pertiwi.
“Di kita belum, tapi kekuatan sudah ada. Kita tidak boleh menunggu cartel itu besar. Kita harus segera sadar akan bahaya narkoba,” jelas Budi Waseso.
Secara tegas, Budi mengingatkan, narkotika dan obat-obatan terlarang merupakan kejahatan luarbiasa. Akibat penyalahgunaan narkoba, 30 sampai 40 orang meninggal setiap hari. Korban narkoba berasal dari pemuda usia produktif.
Untuk itu, penanganan dan pemberantasan narkoba tidak bisa dengan metode dan cara yang biasa, harus luar biasa. Pemberantasan jaringan pengedar narkoba harus menyinergikan kekuatan TNI dan Polri dan satuan lainnya.
“Karena kita sedang perang. Presiden sudah nyatakan negara kita darurat narkoba, perang terhadap narkoba. Secara otomatis TNI bisa masuk terlibat aktif memberantas pengedar narkoba dan jaringannya,” tegas Budi Waseso.
BNN telah mengamankan dan memusnahkan narkoba jenis sabu sebanyak 3 ton tahun 2015. Namun jumlah itu hanya 20% dari narkoba asal Taiwan dan Cina yang beredar di tanah air.
“BNN dan seluruh instansi pemerintah, baik sipil maupun militer, menyatukan kekuatan dalam memerangi narkoba,” ajak Budi Waseso. (PI – hmt)