Home POLITIK Caleg PDIP Dapil I Safril: Pantang Menyerah

Caleg PDIP Dapil I Safril: Pantang Menyerah

61
0


STABAT (podiumindonesia.com)- Pembenahan dari segi hukum merupakan prioritas Safril, SH, calon legislatif dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Apalagi saat ini Caleg No 2 Dapil I Langkat (Secanggang, Stabat, Hinai, Wampu) menilai belum tegaknya hukum secara benar di bumi Amir Hamzah.

“Terus terang saya katakan bahwa hukum di Langkat ini sangat bobrok. Semuanya bisa diatur kalau ada uang. Inilah harus dibenahi,” ujar Safril kepada PODIUM, kemarin.

Safril bukanlah wajah baru di perpolitikan. Pernah menjadi wakil rakyat periode 2009-2014. Usai berkiprah lima tahun kemudian coba menjajal di periode berikutnya (2014-2019). Namun dia gagal dan terpaksa jadi penonton terbaik.

“Pada 2014-2019 itu saya tidaklah gagal mencalonkan diri. Tapi adanya kecurangan KPU sehingga saya harus gagal. Ada indikasi bahwa KPU Langkat saat itu berlaku tidak fair. Nah, ketidakfair-an ini kan juga menyangkut hukum. Makanya hukum harus ditegakkan di Langkat ini,” tegas pri 59 tahun ini.

Pun begitu Safril tak patah arang. Tekadnya untuk menguji kemampuan tetap dibuktikan di periode ini (2019-2022). “Dalam hidup ini pantang menyerah, makanya saya beserta tim akan kawal KPU,” sebut Safril.

Contoh nyata lagi kecurangan dan memainkan hukum, lanjut Safril, seperti temuan di salah satu desa. “Sekelas kepala desa saja sudah bisa memainkan hukum. Contoh kasus perselisihan paham antar keluarga yang ingin menjual tanah orangtuanya. Karena tidak sepaham antar saudara kandung, lalu kades bisa memanipulasi tanda tangan dan tanah itu dijual tanpa bubuhan tekenan dari seorang ahli waris. Kan ini aneh, ya ujung-ujungnya kan kades itu bermain dengan tawaran uang segepok,” terang ayah lima anak ini yang seharinya berprofesi sebagai pengacara ini.

Itu masih sekelas kepala desa belum lagi tingkat kecamatan. Kejanggalan lainnya di Langkat ini, katanya, mengenai penempatan setingkat kepala dinas yang dianggap tidak sesuai disiplin ilmunya.

“Hendaknya penempatan seorang kepala dinas jangan main comot aja. Jangan karena dekat dengan si A lalu ditempatkan di posisi, sedangkan si A sendiri tak tahu menahu apa yang harus dikerjakannya,” sahutnya.

Ada juga kepala sekolah yang tak layak menjabat, toh malah diletakkan. Kuat dugaan Safril pengangkatan
demi pengangkatan eselon tak terlepas dari uang.

Ditanya peran anggota DPRD Langkat saat ini, menurut Safril jauh dari harapan. Legislator lebih banyak diam, tidak berani bersuara dan hanya mementingkan kepentingan semata.

“Anggota dewan cuma bisa kunjungan tapi hasilnya hanya mengahabiskan anggaran saja. Lihat saja sendiri, legislator tak ada yang berani berkoar,” imbuhnya.

Belum lagi masalah proyek yang tak layak. Semisal, terang Safril, masalah pembangunan jalan. “Jalan dibangun tapi tak ada bahu jalannya. Pengerjaan sembarang, asal jadi. Ini kan termasuk korupsi. Artinya pengerjaan jalan hanya menghabiskan uang negara,” tambah Safril.

Ke depan andai dirinya terpilih, Safril berjanji mengutamakan kepentingan rakyat ketimbang kepentingan pribadi. Total pembenahan hukum, tidak tebang pilih dan fokus terhadap penegakan hukum.

“Jadi sekarang ini saya maju kembali agar bisa mengakomodir aspirasi masyarakat,” sebut Safril sembari menambahkan jabatan adalah amanah.

Safril pun mengakui tahu berpolitik setelah bergabung dengan PDIP. Dia menilai PDIP membela hak rakyat, tidak berpihak dan partai nasionalis.

“Sosok Megawati dan Soekarno adalah yang saya kagumi. Orangnya tegas, bijak mengambil kebijakan dan pemberani,” katanya.

Karena hal itu pula membuat Safril ogah untuk berpaling ke partai lain. “Saya cinta PDIP karena pernah makan uang PDIP. Saya pernah disegani. Saya tidak mau lompat sana sini, kutu loncat. Saya kader murni PDIP bukan kadal,” sindir Safril kepada caleg yang kutu loncat.

Mantan pelatih PSMS usia 16 ini juga menyebut tiga kali berziarah ke makam Bung Karno. Bahkan ada kejadian menarik ditemukannya. “Nah, saat ziarah ke makam Bung Karno, saya sempat mengambil sebuah batu di makamnya. Lalu batu itu saya kantongi kemudian dimasukkan ke dompet tas. Anehnya batu itu hilang, saya pun tak tahu entah apa itu isyaratnya,” cerita suami dari Sofiah ini.

Ditanya kans, Safril optimis masuk ke gedung DPRD Langkat. “Yang penting itu tadi harus dikawal KPU,” tandas kakek 7 cucu ini. (win)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here