NASIONALPOLITIK

Jika Bergabung ke Jokowi, Prabowo Dinilai Permalukan Diri

 


JAKARTA (podiumindonesia.com)- Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto diminta untuk tidak bergabung dengan koalisi Joko Widodo dan konsisten sebagai oposisi pemerintah. Menurut pengamat politik Dedi Kurnia, apabila Prabowo bergabung dengan Jokowi, hal itu sama saja dengan mempermalukan diri, sekaligus pemilihnya di Pilpres 2019.

“Prabowo tidak sadari, 68 juta pemilih setidaknya berharap Prabowo menjadi Presiden, atau sekurang-kurangnya sebanyak itu tidak menyukai Jokowi. Jika hari ini, kemudian Prabowo menjual kepercayaan publik dengan kursi kabinet, maka Gerindra terancam ditinggal pemilih,” kata Dedi kepada wartawan, di Jakarta, kemarin.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) itu menyadari, Jokowi akan mendapat keuntungan, jika Prabowo bergabung. Namun, pengajar di Universitas Telkom ini merasa bergabungnya Prabowo ke dalam pemerintahan akan memperlemah fungsi check and balance di negeri ini. “Ini penanda kurang baik bagi demokrasi kita, pemerintah yang terlalu dominan akan melahirkan tirani,” kata dia.

Dedi mengharapkan, antara Jokowi dan Prabowo menjaga etika politik untuk menghasilkan pemerintahan yang berimbang, pengawasan proporsional, dan kekuasaan tidak dominan hanya satu sisi. Kondisi saat ini, sebenarnya sudah sangat berpihak pada pemerintah, bisa kita lihat dari parlemen yang dikuasai mitra koalisi pemerintah.

Hanya saja, menurut dia, dalam politik praktis, Partai Gerindra terlanjur kalah baik di Pilpres juga di Pileg, sehingga memerlukan ruang unjuk menonjolkan diri di kabinet. Begitu juga dengan Partai Demokrat, memerlukan ruang yang sama untuk memunculkan nama Agus Harimurti Yudhoyono demi 2024.

“Prabowo harus tetap konsisten sebagai oposisi, dalam kondisi apa pun, setidaknya keberadaannya bisa memgimbangi dominasi kubu pemenang,” kata Dedi. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto bertemu di Ruang Jepara, Istana Merdeka Jakarta, pada Jumat 11 Oktober 2019.

Meski sempat menjadi rival dalam pemilu presiden 2019 lalu, tapi dalam pertemuan itu tidak terlihat bekas-bekas pertarungan hebat. Bahkan di awal pertemuan, tawa lepas kedua tokoh itu diumbar di hadapan wartawan yang sempat meliput. Pertemuan berlangsung tertutup.

Begitu keluar ruangan pertemuan, tawa Jokowi dan Prabowo terdengar kencang. Bahkan, Prabowo mengakui, mereka berdua hubungannya sangat akrab dan mesra. (pi/vvc)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button