MEDAN (podiumindonesia.com)- DPP Hanura masih belum menentukan pilihan terhadap pasangan Balongubsu. Walau tiga Parpol kemarin telah menasbihkan calonnya di Pilkada Sumut, yakni PAN, PKS dan Gerindra. Di mana posisi Hanura yang awalnya digadang-gadang salah satu pendukung Letjend Edy Rahmayadi dan Musa Rajeckshah (Ijek)?
Ya, pengetuk palu itu ada di Hanura Pusat. Apakah memang mendukung Edy-Ijeck atau mengalihkan perhatian kepada pasangan lain di 2018 nanti. Memang sebelumnya, Ketua Umum DPP Partai Hanura, Oesman Sapta Odang menyatakan belum ada keputusan resmi siapa sosok yang akan diusung Partai Hanura di Pilgubsu 2018. “Belum,” kata Oesman kepada wartawan.
Ketua DPD RI itu lantas berkelakar mengenai kriteria sosok yang akan diusung. “Kalau kriteria, orangnya tinggi, besar, bertaring,” ungkap pria berkacamata ini.
Oesman juga tidak mau berbicara terlalu jauh tentang Pilgubsu. Namun dalam kesempatan itu, Oesman memberikan pesan kepada seluruh kader Partai Hanura agar selalu dekat dengan masyarakat.
Kata dia, sudah tidak zaman mencari dukungan dengan cara paksaan. “Anak Medan itu tidak bisa disentuh, jadi gunakan cara lembut. Mari berbuat untuk rakyat, sentuh hati nuraninya agar mau memilih Hanura,” imbuhnya.
Oesman mengaku pernah tinggal dan menetap di Kota Medan selama tiga tahun, kurun waktu 1967-1970. “Saya datang ke Medan itu seperti pulang kampung. Anak Medan itu dikenal sedikit bicara, banyak bekerja,” tegasnya.
Oesman juga memberikan kepercayaan dan semangat kepada pengurus Hanura Sumut. Sebab tolak ukur keberhasilan itu bisa dilihat dengan keberhasilan Sumut khususnya Medam. “Jika lulus Medan, maka dipastikan lulus seluruh Indonesia, ” jelasnya.
Seperti diketahui, DPD Partai Hanura Sumut beberapa waktu lalu sudah mengklaim bahwa Ketua Umum DPP dan Sekretaris Jendral DPP Partai Hanura sudah mengeluarkan keputusan untuk mengusung Edy-Ijeck.
Bahkan, usai terpilih pada Musdalub, Kodrat Shah langsung mendeklarasikan dukungan kepada Edy Rahmayadi. Hal ini tentu bertolak belakang dengan apa yang disampaikan Oesman Sapta Odang secara langsung.
Menyikapi ini, Peneliti Senior Institut For Political Analysis and Strategi (InPAS), Faisal Andri Mahrawa melihat dalam kontestasi politik perihal klaim merupakan hal yang biasa. Kata dia, keputusan resmi mengenai paslon yang dakan didukung dan diusung ditandai dengan sebuah surat keputusan (SK).
“Klaim semacam ini sudah biasa, sah saja. Anggap saja test a water first,”ujarnya.
Dalam berbagai kesempatan, Faisal sering menyebut bahwa pilkada serentak tahun 2018 nanti adalah momentum untuk memanaskan mesin partai. Karenanya, peran DPP Partai, di Jakarta, sangat menentukan kepada siapa dukungan itu diberikan.
Faisal mengatakan, keputusan dibuat berdasarkan banyak pertimbangan dan disertai dengan strategi yang matang. “Jokowi tentu saja sangat berkepentingan untuk menempatkan figur yang sejalan dengan kepentingan untuk pemenangannya di periode kedua,” bilangnya.
Provinsi Sumut, dan beberapa provinsi besar lainnya akan masuk dalam perhatian pemerintah. “Terkait dengan pemilihan gubernur, khususnya untuk provinsi tertentu seperti Sumut, Sulsel, Jabar dan Jatim, Saya kira peran Istana juga sangat diperhitungkan,”akunya.
Dia menegaskan, segala sesuatunya bisa berubah. Sejalan dengan dinamika politik yang sedang berjalan.” Saya kira untuk Sumut akan ada kejutan. Kita tunggu saja,” bilangnya.
Diakuinya, saat ini partai politik (Parpol) sudah menjadi dua kubu yakni kubu pemerintah dan kubu oposisi. Dia tidak yakin, parpol pendukung pemerintah ikut kedalam koalisi yang dibangun oleh parpol oposisi dalam ajang Pilgubsu 2018.
Ketika pasangan calon (Paslon) parpol oposisi menang, maka kepala daerah terpilih itu nantinya diminta untuk membantu dan memperjuangkan Prabowo agar bisa menjadi Presiden 2019.
Sementara, lanjut dia, Partai Hanura sudah menyatakan dukungan kepada Jokowi agar bisa kembali maju dan terpilih di Pilpres 2019. “Sulit melihat parpol pendukung pemerintah mengusung calon yang sudah lebih dahulu diusung PKS-Gerindra,” katanya. (int/pi)