
MEDAN (podiumindonesia.com)- Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan amanat Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 22 e Ayat (6) tentang Pemilu menyebutkan pemilihan presiden, wakil presiden, anggota legislatif, dan kepala daerah dengan perundang-undangan. Untuk itu pula keterwakilan partai politik dan perseorangan berperan di dalam pesta demokrasi lima tahunan.
Nah, pada penyelenggaraan Pilkada 2020, tahapan demi tahapan hanya tinggal menghitung hari saja. Tepatnya bergulir pada 1 Oktober 2019 ini genderang pertarungan itu dimulai. Terdata sebanyak 270 daerah menentukan pilihan sang pemimpinnya. Secara rinci di antaranya, 9 provinsi menggelar pemilihan gubernur, 224 pemilihan bupati dan 37 daerah lainnya pemilihan walikota.
Tak terkecuali salah satunya adalah pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Medan. Bahkan, sejumlah dewan pimpinan cabang (DPC) partai politik yang berada di Ibukota Sumatera Utara (Sumut) ini telah membuka pendaftaran bagi bakal calon walikota bersama pasangannya. Seperti awal September 2019 ini, Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia (PDIP), Hanura, Nasdem serta Golkar membuka pintu kepada para balon cawalkot.
Mulai dari walikota serta wakilnya (masa jabatan berakhir/petahana), pengusaha, civitas akademika, politikus, kader parpol, pengacara dan mantan purnawirawan hingga menggandalkan kedekatan nama pemimpin negeri ini pun turut ambil bagian dalam kancah lima tahunan tersebut.
Seperti tertuang dalam survei, nama yang digadang-gadang sebagai balon calon walikota yakni Hasrul Benny Harahap, Dzulmi Eldin, Akhyar Nasution, Ikhwan Ritonga, Alween Ong, Iswanda Nanda Ramli, Edy Ikhsan, Wirya Al Rahman, Bobby Nasution, Nurhajizah Marpaung, Dahnial Anzar Simanjuntak, Dadang Darmawan dan Datuk Syaiful Azhar.
Hanya saja, melihat iklim Kota Medan begitu plural, majemuk serta seambrek masalah, untuk itu sangat dibutuhkan figur pemimpin yang amanah.
Selain itu sosok muda, kreatif, inovatif, bebas korupsi dan paham hukum. Taat beribadah tidak mementingkan kelompok mau pun golongan terlebih untuk pribadi. Kerinduan atas figur tersebut tertuang dari sejumlah masyarakat. Melihat daftar nama balon walikota yang digadang-gadang (masuk dalam survei) mampu memimpin Kota Medan lima tahun ke depan adalah Hasrul Benny Harahap SH, Mhum. Pasalnya, Hasrul Benny Harahap merupakan lawyer yang notabene mengerti hukum. Hasrul Benny Harahap yang kini menjabat Ketua Umum Federasi Olaharaga Karate-Do Indonesia (FORKI) Cabang Medan mengaku maju ke Pilwakot Medan 2020 ini bukanlah atas keinginannya, melainkan permintaan sekalangan.
Artinya, pria 46 tahun itu taklah bernafsu akan jabatan tapi murni berniat ingin memajukan Ibukota Sumatera Utara ini di kancah nasional. “Saya maju ke Pilkada (walikota-red) bukanlah kemauan saya tapi karena permintaan sejumlah orang yang nyata menyokong dan memberikan dukungan kepada saya,” sebut Hasrul Benny Harahap yang juga menduduki posisi sebagai Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Kota Medan ini, kemarin.
Dikatakan Hasrul, dirinya ikhlas mengabdi dan merasa terpanggil untuk mencurahkan ilmu serta kemampuan membenahi Kota Medan. “Tujuan saya ingin mengangkat harkat dan martabat Kota Medan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran warga,” tukas Hasrul yang tercatat di alumni Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) tersebut.

Sebagai bukti akan kerinduan sosok pemimpin Kota Medan lima tahun ke depan seperti terurai di atas diungkap oleh Ketua Alumni 91 Eks SMP 26 Medan. Adalah Haris menyatakan selama ini kemajuan Kota Medan sangat stagnan.
“Jadi kalau memang ada sosok muda, inovatif dan kreatif, bersih dan memahami hukum agar tidak terjebak korupsi, kayaknya itu pantas untuk jadi pemimpin Kota Medan,” katanya.
Menurut Haris, jangan sampai Kota Medan ini melawan arus hukum. “Dan sudah banyak yang kita lihat di daerah-daerah lain, begitu selesai memimpin, pemimpin tersebut kerap bersangkutan dengan hukum. Mungkin imbas ketidaktahuan pemimpin soal hukum,” terangnya.
Untuk itu, katanya, ikhlas bekerja dan tanggungjawab mensejahterakan masyarakat menjadi salah satu pemimpin dambaan warga Medan. Mungkin tak hanya Kota Medan saja Tapi juga daerah lain se- Indonesia ini. “Kalau memang sosok itu ada, kita harus mendukungnya. Medan itu kota terbesar ketiga, jadi tak sembarang orang atau sosok yang bisa memimpinnya. Memahami kondisi ragam plural yang ada, karena di Medan ini tak hanya satu suku tapi sangat beragam,” sahut pria 44 tahun tersebut.
Sejauh ini Haris menyebut hanya mendengar nama Hasrul Benny Harahap beberapa kali saja, terutama di media. Hendaknya Hasrul Benny Harahap bisa terwakili lewat dukungan dari masyarakat Kota Medan. “Insya Allah niat bersih Hasrul Benny bisa tercapai. Dan yang penting jangan cuma aroma kampanye menyuarakan janji-janji, namun lepas itu semuanya jadi ingkar janji,” imbuhnya.

Abdullah, tokoh masyarakat Kelurahan Mabar, Kecamatan Labuhan Deli juga berpandangan yang sama dengan Haris tentang pemimpin Kota Medan.
“Calon Walikota Medan ke depan harus seorang yang pemikir, muda dan taat beribadah serta asal dari Kota Medan. Selain itu bijak dan pandai dalam pemerintahan. Untuk itu sosok muda dan pemikir itu memang dibutuhkan bagi Kota Medan saat ini,” ujar kakek 67 tahun itu.
Selanjutnya, menurut Abdullah alias Doel, pemimpin Kota Medan ke depan juga mesti bersih dan memahami hukum agar tidak terjebak korupsi. “Jangan sampai kasus-kasus masa lalu menimpa pemimpin Kota Medan (korupsi-red) jadi preseden buruk. Pemimpin itu harus amanah karena dia bekerja demi kemaslahatan umat,” urainya.
Namun yang terjadi saat ini pemimpin hanya mementingkan perut semata, bukan kemajuan daerah yang dipimpinnya. Soal sosok yang diidamkan itu ternyata ada pada salah satu kandidat yakni Hasrul Benny Harahap, Abdullah menyatakan layak didukung. Walau, katanya, nama Hasrul Benny Harahap kurang akrab terdengar di telinga.
“Namun kalau memang dia (Hasrul Benny) layak untuk memimpin Kota Medan, kenapa tidak. Walau namanya kurang dikenal tapi kalau memang berjiwa ikhlas, saya rasa layak untuk didukung memimpin Kota Medan. Pemimpin yang ikhlas, rela bekerja demi masyarakat, harus didukung penuh. Sebagai contoh Ibukota Jakarta dipimpin Anies Baswedan. Kepemimpinan Anies itu harus diikuti oleh daerah lain. Dan tak salah jika benar Hasrul Benny merupakan pemimpin bersih, Insya Allah membawa Medan lebih maju untuk lima tahun ke depan,” tandasnya.

Senada dikatakan Nur Cahaya. Wanita 35 tahun warga Jalan Suka Sehat, Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Medan Johor berpendapat bahwa Medan butuh sentuhan sosok muda yang inovatif dan kreatif. “Sudah saatnya Kota Medan punya pemimpin demikian. Karena yang kita lihat sekarang, sekalangan pemimpin tak memikirkan rakyatnya,” ujar Nur Cahaya yang juga Sekretaris Arisan TK Iftah Riskiansyah ini.
Mirisnya yang kerap tampak di mata, kreatif cuma saat-saat kampanye, habis itu lepas semua. Karena sejumlah pemimpin Kota Medan tersangkut kasus korupsi belum mampu menghilangkan bayang-bayang rupiah. Tergiur, lalu berurusan dengan hukum.
“Hendaknya ke depan pemimpin Kota Medan lebih bersih dan jangan terjebak kasus korupsi. Pemimpin juga harus memiliki jiwa ikhlas bekerja dan tanggung jawab masa sekarang ini,” ungkapnya.
Malah, katanya, sejahtera itu sekadar janji semata. “Masalah dambaan pemimpin ikhlas, bertanggung jawab, pastinya itu yang kita mau selaku warga Medan. Kalau memang ada yang demikian, kenapa kita beralih pandangan,” tegasnya.
Mengenai satu nama Hasrul Benny Harahap, Nur Cahaya mengaku baru mendengar nama tersebut. “Namanya kurang familiar, apalagi di kalangan ibu-ibu. Namun itu pun kalau memang benar bersih, amanah, tak salah kita berikan dukungan dan suport. Ya, yang namanya ibu-ibu juga mau sosok muda, tahu dan taat agama, dan berpikir inovatif. Sosok itu meski kita gaungkan. Seandainya Hasrul Benny Harahap benar orang yang bersih, tahu hukum, niat bekerja ikhlas, tak neko-neko dan mensejahterakan rakyat, itulah mungkin yang layak memimpin Kota Medan. Yang terpenting kepada calon jangan cuma hasrat semata, tapi harus bekerja sesuai janjinya,” pungkas ibu satu anak ini. (pi/ril/syahduri)