2019 telah usai. Drama politik, pion bermain, raja tertawa hingga sang ratu berpesta, dipertontonkan. Rakyat pun jadi korban cuma untuk sebuah nafsu serakah. Pergantian orang ‘hebat’ di negeri ini sampai anak-anak buahnya telah berlalu.
Hasilnya! Masih saja ekonomi terpuruk, segala kebutuhan naik, biaya membengkak bahkan untuk dana sehat saja harus ditanggung rakyatnya. Yang jadi pertanyaan, SEHATKAH AKAL PEMIKIRAN penerintah ini?
Semua berlalu tinggal hitungan detik. Tangis orangtua, anak sampai penyuara akademisi dibumihanguskan. Demi sebuah kekuasaan semu di dunia. Tak ayal, dunia melihat bahwa situasi sekarang adalah sebuah biang yang sebenarnya telah terlihat siapa pelakunya.
Mereka terpenjara cuma untuk menyuarakan hati nuraninya. Mereka tertindas cuma demi memperlihatkan kehebatannya. Mereka pun dibuat kaku di tengah krisis simpati kepada pelakon negeri.
Duka 2019, semoga berakhir segera. Banyak tersakiti dan tak bisa bergerak bebas. Semua ‘diikat’ dikungkung, dibuat bloon. Dulu panutan malah sekarang mbalelo. Dulu keras lantang kemudian diberi jabatan. Selanjutnya hanya bisa manut, tunduk dengan perintah satu jari dan segepok gaji.
Keji 2019, perih tak beraturan. Semuanya telah diatur dengan settingan. Sayang…suara-suara lantang dibungkam dan dibenam. Ya, itulah 2019 yang hitungan lagi hilang. Sambut 2020 dengan doa dan semoga para pemimpin negeri dibukakan hatinya untuk satu negeri. (***)
