JAKARTA (podiumindonesia.com)- Karakteristik pemimpin yang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini tak lagi berdasarkan faktor kesukaan. Hal ini dikatakan oleh Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa . Ia menilai saat ini hal yang paling penting adalah bagaimana permasalahan keterbelahan bisa dituntaskan dengan gagasan persatuan yang cerdas.
Karena itu, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digagas Golkar, PPP, dan PAN harus bisa membawa arah demokrasi yang baik di Tanah Air. “Koalisi harus mencerdaskan kita semua dalam berdemokrasi. Selaras dengan itu, populisme bukan jadi penentu dalam menetukan pemimpin,” kata Suharso dalam acara Silahturahmi Nasional KIB di Plataran Senayan, Jakarta, Minggu (5/6/2022).
Suharso menambahkan, pihaknya bersama Partai Golkar dan PAN tak ingin kembali terjerat pada populisme di Pilpres 2024.Menurutnya, KIB justru ingin menjadi gerbong awal yang membawa gagasan dan ide baru tentang bagaimana membangun bangsa ke depan.
“Kami bertiga berkeyakinan hal itu tidak akan terjadi. Kenapa? karena kami menginginkan sesuatu yang baru, sesuatu yang baik bagi bangsa dalam melakukan demokrasi ke depan,” kata Suharso.
“Jadi demokrasi kita yang sudah-sudah, kita ingin mengembalikan. Kita tidak hanya terjerat dengan populisme. Kalau kita lihat di seluruh dunia sekarang sudah menurun, tetapi sekarang kita masih tetap seperti itu,” ujarnya.
Tak cuma itu, Menteri PPN/Kepala Bappenas ini memastikan KIB harus mampu merespon dengan layak kecerdesan rakyat dalam berdemokrasi. “Koalisi ini hadir dengan optimisme, supaya menjadi kecerdasan kolektif dan efektif untuk menciptakan kehidupan berkeadilan,” katanya.
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan juga mengatakan soal soliditas KIB ke depan. Ia menyadari soal adanya kemungkinan ‘badai’ yang menggoda soal koalisi ini. Namun, ia meyakinan bahwa niat yang baik membangun koalisi akan bisa melewati tantangan tersebut.
“Kita ikhtiar, ikhtiar itu pandangannya baik positif. Kalau sudah baik positif niatnya bagus, saya kira batu karang bisa kita lewati,” terang pria yang akrab disapa Zulhas itu.
Sementara, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengatakan, bahwa KIB menaruh perhatian soal keterbelahan atau polarisasi di masyarakat akibat Pilpres sebelumnya. Maka, kata Airlangga, terbentuknya KIB ini untuk menghilangkan polarisasi di Pilpres 2024.
Saat ditanya apakah kemungkinan KIB akan menutup pintu bagi capres dari sosok yang pernah menggunakan isu politik identitas, Airlangga tak secara gamblang menjawab. Namun, ia menegaskan bahwa KIB memiliki tujuan utama yakni menghilangkan politik identitas di Pemilu 2024.
“Pertama kan tujuannya memang untuk menghilangkan politik identitas, jadi kita adalah koalisi nasionalis-religius baik yang muslim tradisional maupun muslim modernis. Jadi tentunya itu yang akan kita dorong dan itu pula kita menandatangani kesepahaman. Jadi clear,” tegas Airlangga. (snd/nt)