OPINI

Puak Melayu Di Usia Langkat 270 Tahun (Oleh: RUSDI MUHAMMAD)

 


SEJAK revolusi sosial 1946 membumi hanguskan Istana Kesultanan Langkat, banyak bangsawan meregang nyawa dengan cara mengenaskan.

Kerajaan-kerajaan di Sumatra Timur hancur lebur yang paling berdarah-darah adalah Kerajaan Langkat. Hegemoni Melayu yang dibangun sejak masa kolonial Belanda runtuh dalam tempo beberapa hari, disapu ganasnya revolusi sosial. Kebesaran Kesultanan Langkat menjadi pudar.

Kondisi dialami kerabat Kesultanan Langkat berdampak pada kehidupan masyarakat puak Melayu di Langkat. Karena hidup di zaman kemerdekaan tidak seenak di zaman kerajaan. Begitulah selalu terjadi masyarakat selalu membanding-bandingkan kehidupan sekarang dengan kehidupan masa lalu. Puak melayu seolah-olah termarginalkan ke tepian, identik dengan kemalasan, kemiskinan dan kebodohan.

Sama juga dengan keadaan sekarang. Ada pihak-pihak yang tidak puas dengan pemerintahan yang dijalankan pihak Kesultanan. Muncullah stigma kalau kerabat Kesultanan Langkat, dan kejuruannya bergelar Tengku disebut fiodal. Stigma ini memunculkan kebencian rakyat dengan kerabat sultan.

Setelah reformasi bergulir di Indonesia tokoh dan masyarakat melayu Langkat, mulai mengembalikan jati diri sebagai putra-putri Melayu. Mereka tampil bukan hanya di level daerah tapi juga nasional dan internasional . Sekarang sudah lazim dijumpai di masyarakat menggunakan pakaian Melayu Teluk Belanga. Bukan hanya pada perayaan pesta budaya melayu tapi juga pada hari ulang tahun Langkat. Hal ini merupakan penghargaan Pemkab Langkat kepada bumi melayu Langkat yang pantas kita berikan apresiasi.

Namun apakah motto Pemkab Langkat “Bersatu Sekata Berpadu Berjaya” sudah sesuai dengan realitas kehidupan masyarakat Langkat? Apakah benar-benar sudah terujud saat ini, pertanyaan di atas belum terjawab sama sekali. Apakah Melayu itu hanya sekadar pakaian? Atau apakah Melayu itu hanya sekadar musik dan tepung tawar. Pertanyaan-pertanyaan senada muncul. apakah Melayu itu hanya sekadar tarian? Atau apakah Melayu itu hanya sekadar bangunan? Atau Melayu itu hanya sekadar sastra? Atau Melayu itu adalah suatu budaya yang akan terus dikembangkan dan akan diwariskan kepada anak cucu Melayu nantinya?

Semboyan Melayu Tak Hilang di Bumi agaknya belumlah dipahami secara sempurna. Pemahaman yang tidak utuh ini disebabkan masyarakat Melayu hanya sekadar mengucapkan kalimat tersebut tanpa mencoba mencari tahu apa makna dari kalimat tersebut. Pada saat ini, banyak masyarakat Melayu sudah menganggap sebuah acara bila ada unsur tari persembahan atau tepung tawar.
Jika Melayu hanya sekadar melakukan kegiatan yang tersebut di atas. Walau pun semua budaya tersebut tetap dilakukan, tetapi hanya sekadar seremonial yang tidak memilki makna. Lantas apa yang harus dilakukan untuk menjaga motto Pemkab Langkat Bersatu Sekada Berpadu Berjaya. Sebuah pertanyaan yang harus dijawab dengan gebrakan nyata.

Sebagai Kabupaten yang relegius punya sejarah kejayaan kesultanan. Putra-putri Langkat harus bangkit dari ketertinggalan, jangan jadi penonton di negerinya sendiri. Lahirnya kejuruan dan kedatukan di kecamatan dan kampung-kampung merupakan langkah awal untuk mengembalikan harkat dan martabat puak melayu di bumi Langkat.

Keberadaan kejuruan muncul di Stabat, Bingai dan kedatukan menjadi wadah untuk mensahuti aspirasi puak melayu yang selama ini tercecer sepertinya tidak punya tuan. Kondisi ini membuka sekat antara kerabat raja dengan orang kebanyakan. Keduanya bisa duduk sama rendah berdiri sama tinggi untuk membahas kehidupan social, ekonomi, politik dan masa depan generasi muda melayu..

Kita harus bersatu dulu jangan lagi berpecah belah laksana buih dilautan banyak tapi centang perenang sehingga akhirnya manjadi marginal. Ada pun langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: pertama, mengangkat batang terendam dengan memberikan beasiswa kepada pelajar siswa dan mahasiswa putra-putri melayu Langkat hingga ke jenjang S3. Agaknya Pendidikan dan keterampilanlah yang bisa mengangkat hargat dan martabat puak melayu di bumi Langkat.

Dengan adanya para doktor dan profesor yang memiliki kepakaran dalam berbagai disiplin ilmu kejayaan Langkat dimasa lalu baik itu dibidang agama, ilmu pengetahuan lainnya atau kesusastaraan akan kembali lahir dari bumi Langkat bertuah ini. (***)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button