BERITA UTAMANASIONALPENDIDIKAN

Rektor UNJ Sampaikan Pergunu Dapat Berperan Mengawal Merdeka Belajar

 

JAKARTA (podiumindonesia.com)- Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Prof Komarudin mengatakan bahwa Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) sebagai organisasi guru terbesar kedua setelah PGRI, memiliki peranan yang sangat penting untuk mengawal kebijakan merdeka belajar dari kearifan pemikiran, budaya, dan nilai-nilai ke-Indonesia-an.

Hal itu disampaikannya dalam webinar puncak peringatan Harlah ke-69 Pergunu, kemarin malam. Menurutnya, Merdeka Belajar yang diprogramkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim sejalan dengan apa yang dicita-citakan oleh Bapak Pendidikan Bangsa, Kiai Hajar Dewantara.

“Konsep Merdeka Belajar ini memberikan kemerdekaan setiap unit pendidikan berinovasi, menyesuaikan kondisi di mana proses belajar mengajar berjalan, baik sisi budaya, kearifan lokal, sosio-ekonomi maupun infrastruktur,” kata Prof Komarudin dalam peringatan bertema Pergunu Mencerdaskan Bangsa.
Pendidikan di abad 21 dan Merdeka Belajar, kata Prof Komarudin, menuntut desain pendidikan yang sejalan dengan dinamika era digital, dengan tetap menjaga kontekstualisasi ciri pendidikan ke-Indonesia-an agar tidak tergerus zaman dan kehilangan identitasnya.

Dijelaskan, bahwa ruh gagasan Merdeka Belajar bersumber dari nilai-nilai kearifan pendidikan Indonesia, salah satunya berakar dari sistem pendidikan pesantren yang mengilhami berbagai gagasan pemikiran pendidikan yang cerdas dan genuine.

“Mendekonstruksi gagasan-gagasan pendidikan yang dilahirkan dari sistem pendidikan pesantren dan para ulama nusantara tersebut menjadi sebuah keniscayaan untuk penguatan kebijakan merdeka belajar, terlebih bagi Pergunu,” paparnya.

Prof Komaruddin menyebut ulama Nusantara dan tokoh bangsa yang membawa gagasan genuine pendidikan Indonesia seperti Syekh Kholil Bangkalan Madura, dengan konsep pendidikan, Kebaharian dan Geopolitik. Pendidikan kebaharian Syekh Kholil tercermin dari pertautan antara kontribusinya membangun masjid dan membuat sebuah kapal yang diberi nama Sarimuna.

Masjid sebagai simbol pusat pendidikan agama, harus disandingkan dengan sebuah kapal sebagai simbol sarana mencari biaya penghidupan secara mandiri. “Wawasan geopolitik Nusantara Syekh Kholil menjadi jembatan jejaring intelektual ulama di tanah Jawa, Nusantara, dan dunia dengan mewariskan penanaman kepada santrinya untuk membangun pondok pesantren di pelosok Nusantara. Dari sinilah kemudian beliau memperoleh sebutan sebagai Bapak Pesantren Nusantara,” tegasnya. (pi/nuonlie)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button