Beranda OPINI Suara ‘Surga’ Dari Sergai

Suara ‘Surga’ Dari Sergai

98
0

TIGA tahun belakang ini trade mark Sumut Paten jadi jargon. Acungan jempol di mana-mana. Bahkan hingga kini acungan jempol itu mewabah hingga ke nusantara. Walau dulunya acungan jempol sudah lumrah, tapi kayaknya belum mengena dengan embel kata-kata.

Sejak HT Erry Nuradi menjabat Gubsu menggantikan Gatot Pudjo Nugroho, Paten ala Erry Nuradi terpajang di sepanjang Langkat hingga Tobasa. Di pelosok daerah sekelas kepala dusun pun tak lekang dengan sematan acungan jempol Paten-nya.

Namun itu dulu, ya berawal tiga tahun lalu. Meski sekarang masyarakat awam pun terus menyematkan rasa Paten-nya bersama sang jempol. Ternyata, Erry Paten itu, toh belum tentu. Sebab tahun ini Erry Nuradi gagal menyalonkan diri di Pilgubsu 2018. Nasib Erry seolah ‘Perahu Tanpa Penumpang’ yang mengarungi samudra berujung karam.

Bahkan, pada 15 Februari 2018 ini, Erry Nuradi meletakkan jabatan. Masanya memimpin Sumut telah berakhir. Hitungan hari saja, Erry harus lengser ke prabon meninggalkan kursi panas Sumut Satu.

Erry yang ‘tersakiti’, bisa ada benarnya. Setahun mendampingi Gatot Pudjo Nugroho, Erry masih terombang-ambing. Sekalangan menilai bahwa Erry dijadikan ban ‘serep’. Tak punya wewenang, dan hanya diberikan sedikit ruang.

Tak lama berselang, kasus Gatot Pudjo Nugroho mencuat ke permukaan. Hasilnya? Ya, Gatot menjadi pesakitan tahanan KPK. Sejak penetapan Gatot penghuni rutan KPK, Erry juga belum bernafas lega. Walau kendali pemerintahan Sumut dipegang suami dari Evi Diana boru Sitorus ini.

Selanjutnya memasuki Agustus 2015. Erry diangkat menjadi pelaksana tugas (Plt). Menjabat Plt, Erry juga belum bisa leluasa. Mantan Bupati Sergai dua periode ini terpaksa menunggu hampir setahun untuk dilantik sebagai Gubernur Sumut, tepatnya sembilan bulan lamanya.

Erry juga tercatat salah satu pejabat paling lama mendapat wewenang sebagai Gubsu, hanya menjalankan tugas sebagai Plt. Lagi-lagi beginilah nasib Erry.

Mei 2016, barulah Erry Nuradi diangkat secara sah memegang kuasa pemerintahan Sumatera Utara. Dari situ pula menggaung Paten-nya ala Erry Nuradi. Secara kasat mata, gaung Paten 2016 itu sebagai langkah menuju pertarungan 2018.

Strategi diatur sedemikian rupa hanya untuk pemenangan 2018. Namun sayang, meski sedari awal banyak parpol yang merapatkan diri kepadanya, pas di akhir-akhir Erry gagal menyalonkan. Perahu Erry hilang satu persatu ditelan ombak.

Usai itu, toh cobaan Erry belum berakhir. Isu kembali mengemuka. Erry dikabarnya dipecat dari ‘kesatuan’ partainya. Syukurnya hembusan itu sekadar isapan jempol belaka. Erry yang menduduki posisi Ketua DPW Partai Nasdem masih diberi wewenang memimpin anak buah di Sumut ini.

Menghitung hari jelang 15 Februari, mencuat info Erry rombak kabinet. Erry kembali dibuat tak tenang. Paling tidak, andai terjadi rombak kabinet, peran duit di situ bermain. Nilai tawar, seolah begitulah yang terjadi.

Mirisnya lagi, kabar teranyar menyebut bahwa pelaksana tugas menjabat Gubsu tak-lah dari aparatur sipil negara alias ASN. Malah Mendagri Tjahjo Kumolo mengumbar nama pejabat tinggi Polri, Irjen Pol Martuani Sormin Siregar.

Dengan delik pengamanan Pilkada makanya Pati Polri itu ditempatkan di Sumut. Sesaat berlalu, prokontra bermunculan. Mandagri dianggap ‘bermain’ dalam lingkup kepartaian. Mungkin, mendengar kabar tak sedap itu, Erry cuma bisa mengerut dahi.

Belum lepas gonjang-ganjing soal Plt Gubsu, Erry masih berpikir. Pasalnya, sang istri Evi Diana br Sitorus yang notabene anggota parlemen Sumut, akan berurusan dengan KPK. Sang istri diperiksa terkait gratifikasi Gatot Pudjo Nugroho ke dewan soal dana Bansos, DBH dan lainnya.

Pun begitu, tampak jelas akhir-akhir ini Erry masih tenang. Dia sama sekali tak memikirkan apa yang bakal menimpa Sumut, termasuk kasus yang menjerat sang istri. Erry tetap menjalankan roda pemerintahan sesuai enjury time masa pelepasan jabatan.

Di tengah kondisi yang ada saat ini, Erry pastinya masih mendapat dukungan. Massa pendukung terdahulu yang kabarnya masih mencintai Erry tetap mengacungkan jempol. Erry dianggap masih bersih. Sebanyak 2 juta massa tetap menunggu arahan sang Ketua, di mana dan kemana suara itu akan diberikan.

Indahnya lagi, Erry mendapat dukungan dari kabupaten yang pernah membesarkan namanya selama dua periode. Ya, suara ‘surga’ dari Serdang Bedagai (Sergai) berharap Erry Nuradi ditarik ke dalam kabinet pemerintahan pusat. Masyarakat di sana menyatakan tetap setia kepada Erry serta mengiba agar mantan pemimpinnya itu didapuk sebagai menteri.

Paling tidak, sesumbar massa pendukung berucap, Erry bisa mendapatkan tempat di Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Perwakilan Sumut kelak. (***)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini