DAERAHEKONOMIMEDAN TERKINI

Wow…400 Hektar Tambak Udang Di Belawan Gagal Panen

 

MEDAN (podiumindonesia.com)- Musim penghujan menjadi tantangan bagi masyarakat dan petani. Tidak terkecuali petambak udang di Kelurahan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan. Tak kurang dari 400 hektare areal tambak udang mengalami gagal panen karena mati kedinginan. Tangis petambak deras mengguyur di bibir tanggul.

Syahdan, namanya. Dia penerima Penghargaan Kalpataru dari Presiden RI atas jasanya melestarikan kawasan pesisir di Sicanang tahun 2013 silam. Dia menceritakan pertambakannya yang hancur dengan nada getir dan terkadang diselingi sedikit tawa.

Dia memiliki 4 hektare lahan pertambakan yang terdiri dari 3 petak untuk udang, 4 hektare untuk pembesaran ikan nila dan kakap, 3 hektare untuk pemijahan ikan. Saat ini, hanya dari ikan yang bisa memberi pemasukan untuk menyambung hidup di musim penghujan. Beberapa kolam ikannya dibuka untuk pemancingan.

Dari 10 petak tersebut, 3 petak kolam berisi 70.000 ekor udang tersebut tidak bisa memberi pemasukan untuk keluarganya. Pasalnya, sejak hujan deras mengguyur berhari-hari membuat suhu air menjadi dingin. Udangnya kedinginan dan mati. Dia hanya satu dari sekian banyak petambak udang yang merugi karena udangnya gagal panen.

Di Sicanang dan sekitarnya, dia memperkirakan terdapat 800 petak tambak udang yang mengalami nasib serupa. Kesalahan terletak pada petambak, seharusnya di musim penghujan bukan udang yang dibudidayakan, melainkan ikan karena lebih tahan terhadap cuaca.

Bukan kecil kerugian yang diderita oleh petambak udang. Dia sendiri mengaku merugi Rp 3 juta per petak tambak udang. Angka Rp 3 juta, kata dia, adalah modal yang dikeluarkan petambak dari awal menabur benur hingga panen pada 3 bulan kemudian. “Itu angka yang paling minimal lah, jadi tinggal kalikan saja, Rp 3 juta dengan jumlah petak yang ada, itu lah ruginya. Menangis kita sekarang ini,” ujarnya.

Hal senada diungkapkan Ketua Gabungan Kelompok Perikanan Budidaya Sepakat Sejahrera di Sicanang, Suhendra. Menurutnya, sebenarnya sudah dipahami oleh petambak ketika musim penghujan lebih baik memelihara ikan daripada udang. Namun dikarenakan membudidayakan udang sudah sangat lekat dengan masyarakat dan lebih mudah dibandingkan ikan, maka resiko itu harus diambil.

Dalam kondisi seperti saat ini, pihaknya meminta bantuan kepada pemerintah untuk menyediakan eskavator agar bisa digunakan oleh petambak untuk memperbaiki tanggulnya. Tanggul, kata dia, sangat penting untuk mengatur kedalaman tambak dan dan tahan terhadap banjir rob. Kedalaman tanggul, berpengaruh pada suhu air tempat hidupnya udang. Semakin dingin, udang tidak akan bertahan dengan lama.

“Ibaratnya pak, kami ini sama kayak hujan, menangis di tanggul. Deras hujannya, ya seperti itu lah kalau tambak udangnya mati atau tanggul jebol,” katanya. (PI/MBC)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button