MEDAN (podiumindonesia.com)- Siap-siap diganggu andai berada di bawah teteduhan pohon beringin. Tambun beringin kadang membuat sejuk, nyaman dan teduh. Namun jangan silap, bahwa pohon beringin indentik dengan dedemit alias setan. Terlena dengan teduhnya pohon berakar rumbai bakal berakibat fatal. Begitulah seolah gambaran partai tua di Indonesia ini. Berlogo beringin dengan kader cukup mumpuni. Pandai, bisa diandalkan dan merupakan kalangan aktivis. Hanya saja, walau rindang beringin mampu membuat damai namun taklah menjamin kekal dalam jabatan.
Terlepas dari angker dan sejuknya di bawah pohon beringin, sejauh ini sejumlah kader terbaik telah terdepak oleh partai pimpinan Ketua Umum Airlangga Hartarto dan Sekjen Lodewijk F Paulus itu. Ya, salah satu kabar teranyar lengsernya H Ngogoesa Sitepu. Apa yang dialami Ngogesa, toh lebih dulu menimpa H Syamsul Arifin, Saat menjabat Gubernur Sumut, Syamsul Arifin didepak karena tersangkut kasus korupsi.
Nah sekarang, Ngogesa terpaksa menelan pil pahit meninggalkan jabatan yang dipegang. Padahal, jabatan Ngogesa Sitepu tinggal setahun lagi. Inilah kondisi yang terjadi menerpa Partai Golkar Sumut saat ini.
Mengapa Ngogesa harus dipecat secara tidak hormat? Bukankah dua kandidat, mulai dari Cagub usungan Golkar Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah serta Terbit Rencana Peranginangin-Syah Afandin (Cabup Langkat) menang dalam pertarungan lima tahunan.
Sebenarnya, dua suksesi ini merupakan kerja keras Ngogesa yang menjabat Ketua DPD Partai Golkar Sumut. Pun begitu, bisa jadi Partai Golkar memandang kemenangan Edy-Ijeck dan Terbit-Shay Afandin bukanlah langkah efektif sebuah prestasi.
Apakah Ngogesa sengaja digembosi jelang Pilpres 2019 nanti? Pertanyaan-pertanyaan itu kerap mengelayut di hati warga Sumut. Tak terkecuali sekalangan kader yang dulunya mendukung Ngogesa sebagai orang nomor satu Golkar Sumut.
“Saya ini bukan kader karbitan di Golkar, saya di Partai Golkar mulai dari anggota biasa sampai menjadi Ketua DPD Langkat bahkan dipercaya menakhodai DPD Partai Golkar Sumut melalui musda dan terpilih secara aklamasi. Jadi saya sangat paham mekanisme mengurusi partai, enggak harus dipecundangi seperti ini, sehingga kesannya ada politik dalam politik lagi,” keluh Ngogesa saat temu pers, kemarin.
Ngogesa merinci bahwa keaktifannya di Golkar sudah sangat lama. Kalau hitung-hitungan angka sekitar 31 tahun lalu. Dari usia ‘anak kecil’ hingga dewasa, Ngogesa memajukan Golkar di Sumut.
“SK pencoptan saya sebagai Ketua DPD Partai Golkar Sumut sangat tidak mendasar. Terus terang saya tidak terima. Apalagi selama ini saya telah mengabdi bersama Golkar melalui setiap mekanisme, dari yang terbawah, hingga menjadi Ketua DPD Golkar Sumut,” tegasnya.
Pencopotan Ngogesa Sitepu tertuang dalam SK DPP Partai Golkarnomor 316/DPP/GOLKAR/VII/2018 tertanggal 14 Juli 2018 yang ditandatangani Ketua Umum Airlangga Hartarto dan Sekjen Lodewijk F Paulus.
Dalam SK tersebut, Ahmad Doli Kurnia Tandjung ditugaskan untuk melakukan konsolidasi internal, bahkan revitalisasi kepengurusan jika dianggap perlu.
Ahmad Doli Kurnia juga diberikan wewenang untuk menandatangani dokumen atau berkas caleg tingkat provinsi dan kabupaten/kota untuk diserahkan ke KPU setempat.
Kendati demikian, Ngogesa tak mau ambil pusing jika kemungkinan ada pembisik ke DPP.
Ngogesa berharap DPP seharusnya lebih arif dan bijak terhadap kemungkinan adanya pembisik tersebut, agar tidak terus saja terjadi kekisruhan di internal partai, yang acapkali terjadi di dalam kurun waktu tertentu.
Terkait penggantian dari posisi Ketua DPD Golkar Sumut apalagi menjelang pendaftaran caleg, Ngogesa menduga adanya skenario untuk mengembosi Golkar di Sumut menghadapi Pileg bahkan Pilpres 2019 mendatang.
“Kekisruhan disinyalir untuk menggembosi Golkar di pesta demokrasi mendatang, tapi sudahlah saya pun tidak ambisi. Kemarin saya dipercaya menjadi ketua untuk membesarkan Golkar Sumut, tapi kenyataan sekarang ini lain,” pungkas Ngogesa.
Sebelumnya kepada wartawan, Ahmad Doli KurniaTandjung hanya mengungkap sekelumit alasan soal pencopotan Ngogesa sebagai Ketua DPD Partai Golkar Sumut.
“Bahwa telah ada evaluasi pascapilkada, dan target golkar yang sangat besar untuk meraih kemenangan Pileg dan Pilpres 2019 di Sumatera Utara,” ucapnya.
Pakar Hukum, Nuriono mengatakan bahwa dalam arena politik semua bisa saja terjadi. Saat seseorang dinyatakan tidak berkomitmen terhadap perjuangan partai, maka bisa jadi akan di copot posisinya.
“Dari beberapa case pencopotan, biasa terkait dengan tidak sinergisnya pimpinan di daerah dengan pimpinan di pusat. Atau bisa jadi dia menjalankan agenda sendiri bukan agenda partai dan itu sangat rentan,” kata Nuriono.
“Ada dugaan untuk mengkerdilkan sosok itu, dalam proses Pilkada mau pun Pemilu legislatif ke depan,” sambungnya.
Lebih lanjut, Nuriono menjelaskan selain itu ada dugaan kuat kecenderungan disharmonisasi. Karena bisa jadi Ngogesa tidak mau menjalankan perintah dari DPP dan jadi proses penilaian DPP terhadap daerah.
“Kalau masalah yang lain saya rasa tidak ada masalah, tapi bisa jadi ada calon yang mau masuk dari pusat tapi tidak diakomodir makanya ada pertimbangan pencopotan,” katanya.
“Yang jelas alangkah baiknya pusat fokus mengurusi proses pusat saja. Daerah dan Kabupaten biarkan mengurusi sendiri. Itu tentu akan memberikan kedamaian,” jelas Nuriono.
Ngogesa digantikan sebagai Ketua DPD Golkar Sumatera Utara menyusul penilaian DPP karena terlambat menyusun nama-nama bakal calon anggota legilatif (Bacaleg) 2019. Terkait hal ini, Ngogesa mengaku keputusan dinilai prematur, bahkan terkesan tidak prosedural.
“Jadi masalah yang dituduhkan kepada saya tentang keterlambatan penyusunan caleg ini hanya mengada-ada. Dan saya melihat ada kepentingan politik di dalam politik di partai ini dalam menghadapi pemilu legislatif,” kata Ngogesa.
Pun demikian, secara pribadi Ngogesa merasa bersyukur atas pencopotan dirinya sebagai Ketua DPD Partai Golkar Sumut. Namun, kata dia, secara politik tak ingin bertemu dan menjelaskan kepada ketua DPP Golkar tentang masalah ini, bukan berharap ingin membela diri dan untuk diangkat kembali menjadi ketua DPD Golkar.
“Karena saya juga sudah tidak ingin lagi menjadi Ketua DPD Golkar Sumut setelah keputusan ini. Lagi pula di partai ini saya tidak mempunyai kepentingan apa-apa, baik itu menjadi gubernur maupun calon legislatif. Tapi saya sangat menyayangkan jika permasalahan seperti ini terus terjadi di dalam partai Golkar,” lanjutnya.
“Saya pastikan Golkar akan terpuruk menghadapi pemilu yang akan datang. Kita harus ingat partai ini besar karena kader. Maka kita harus mengutamakan suara kader untuk menjaga eksistensi Partai Golkar yang kita banggakan ini. Namun demikian, saya tegaskan, saya tetap Kader Golkar apapun yang terjadi dan sampai kapan pun,” hardiknya.
“Dan saya ingin menyampaikan kepada seluruh kader partai golkar, saya sangat berterima kasih atas doa dan dukungannya,” pungkas Bupati Langkat dua periode tersebut.
CUci Gudang
Diprediksi, tak hanya Ngogesa Sitepu yang dicopot dari jabatan Ketua DPD Partai Golkar Sumut. Kemungkinan masih ada nama-nama lain yang jadi korban intrik petinggi DPP Golkar Pusat. Lagi mencuat pertanyaan, benarkan orang-orang Setya Novanto akan dihilangkan dari singgasana partai berlambang pohon beringin tersebut?
Apalagi diketahui pada 2016 lalu Ngogesa dilantik langsung oleh Setya Novanto yang saat itu menjabat Ketua DPP Partai Golkar, sebelum dirinya diangkut KPK terkait kasus e-KTP.
Disinyalir, Ngogesa-lah orang pertama yang dibuang dari kepartaian. Kemudian bakal menyusul orang-orang lain yang merupakan kaderisasi massa Setya Novanto. Seperti dilansir PODIUM dari salah satu situs, dalam keputusan Airlangga Hartarto menyatakan pelengseran Ngogesa berdasarkan hasil evaluasi DPP Partai Golkar.
DPD Partai Golkar Sumatera Utara dinilai tidak menjalankan keputusan DPP Partai Golkar sebagaimana yang tertuang dalam surat nomor:B-1775/Golkar/IV/2018 tentang pelaksanaan Musda Partai Golkar Kabupaten Pakpak Bharat dan Kota Tebingtinggi dalam rangka konsolidasi kelembagaan.
Di samping hal di atas, DPD Partai Golkar Provinsi Sumut dalam penyusunan calon anggota DPRD Sumut tidak berpedoman pada ketentuan yang tertuang dalam petunjuk pelaksanaan DPP Nomor: Juklak-11/DPP/Golkar/V/2018 serta surat DPP Nomor : B-1897/Golkar/VII/2018.
Selain itu, pergantian itu untuk mensukseskan program konsolidasi organisasi guna menggerakkan roda organisasi Partai Golkar di Provinsi Sumatera Utara, terutama dalam mengembalikan fungsi dan tugas pengurus Partai Golkar, khususnya ketua DPD Golkar Sumatera Utara dalam mengemban amanat partai menghadapi agenda Pemilu 2019.
Warning Bagi Bupati Langkat
Dua orang Bupati Langkat telah jelas dibuang Partai Golkar. H Syamsul Arifin, ketika menjabat Gubernur Sumut dan kali ini Ngogesa Sitepu yang juga menjabat dua periode Bupati Langkat. Sekarang, lagi-lagi gawean Partai Golkar menang di bumi Amir Hamzah ini. Terbit Rencana Peranginangin berpasangan dengan Syah Afandin.
Terbit yang akrab disapa Ketua Cana ini merupakan Ketua Partai Golkar Langkat. Merujuk dari situ pula, saat HT Erry Nuradi memangku jabatan sebagai Ketua Partai Golkar Sergai saat itu maju di Pilgubsu. Kenyataan berkata lain, Erry juga terpaksa melepas jabatan Ketua Partai Golkar Sergai dan berjibaku pindah perahu ke Partai Nasdem.
Dari situ bisa dilihat bahwa hampir berbuah hasil pejabat yang memangku jabatan di Kabupaten/Kota terpaksa dipecat secara tidak hormat oleh Partai Golkar. Bagaimana nasib Ketua Cana? Ketua Cana dipastikan menduduki orang nomor satu di Langkat. Hanya saja, walau sebagai Ketua Golkar di tanah kelahirannya, partai tertua di Indonesia terlebih dahulu melihat trick record Ketua Cana memimpin rakyat tanah Melayu tersebut.
Mungkin, ini salah satu dilema bagi kader Golkar yang memimpin di daerah. Harus berjibaku memenangkan partainya dan harus siap meninggalkan jabatannya. Kasus perkasus di atas seharusnya jadi cermin bagaimana Partai Golkar ke depannya.
Pun H Ngogesa Sitepu tak lagi menjabat Ketua DPD Golkar Sumut, namun dia masih menyisakan dua buah hatinya yang tetap setia. Adalah Delia Pratiwi br Sitepu dan Rizky. Kedua anak Ngogesa dikabarkan maju di Pileg mendatang.
Ke mana Ngoesa Sitepu usai dilengserkan? Seorang pengamat politik di Langkat menyatakan bahwa Ngogesa tak mungkin berdiam diri setelah pemecatan. Kata putra Langkat menjabat Ketua Forum Karya Pemuda Sumatera Utara (FKP-SU) T Syaiful Anhar memprediksi Ngogesa Sitepu bakal mengikuti jejak Erry Nuradi setelah didepak dari Golkar.
“Bisa jadi Ngogesa masuk atau dipinang Partai Nasdem. Apalagi kalangan Partai Nasdem juga pernah menjadi kader Golkar sebelumnya,” terangnya.
Indikasi lain bahwa Ngogesa balik berpolitik melompat ke partai baru. “Bisa saja partai baru meminangnya. Ini melihat kelayakan seorang Ngogesa memimpin Partai Golkar di Sumut,” tukasnya.
Ngogesa, kata Syaiful Anhar, tidak akan tinggal diam ‘dimainkan’ partainya. Sebab dia menganggap pencopotan dirinya dari Partai Golkar Sumut itu sama sekali tak mendasar. Walau secara kasat mata, DPP Golkar Pusat memandang Ngogesa belum berbuat semaksimal kepada partai yang membesarkan namanya itu.
“Ngogesa itu potensial, punya wawasan membina di kepartaian. Makanya saja katakan lagi bahwa ancaman Ngogesa seperti di statmennya bakal jadi bumerang bagi Golkar Sumut,” sahutnya menjawab.
Namun, urai Syaiful lagi, itu pun tergantung kesolidan partai di daerah. “Andai (ancaman-red) Ngogesa itu benar adanya (bilang Ngogesa: Golkar bakal hancur di Sumut) mungkin Golkar butuh pembenahan secara sistematis. Artinya, ancaman itu harus juga disikapi dengan cerdik melihat saat pemilihan Ketua DPD Partai Golkar Sumut terdahulu Ngogesa menang mutlak,” tandasnya. (PI/NT)