MEDAN (podiumindonesia.com)- Tahun 2018 tak bakal hilang dari ingatan seorang pria berusia 53 tahun ini. Masa kelam itu dimulai saat memasuki 2017. Hampir setahun, suami Evi Diana boru Sitorus diombang-ambing partai politik. Alih-alih bisa tersenyum lega, malah terpaksa gigit jari sebagai penonton utama.
Lelaki itu adalah Dr Ir HT Erry Nuradi MSi. Berstatus Gubernur Sumatera Utara (Sumut). Terpilih sebagai wakilnya Hj Nurhajizah Marpaung. Ayah tiga anak ini memimpin usai Gubsu Gatot Pudjo Nugroho menjadi tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Erry, ketika itu ‘orang kedua’ akhirnya naik tahta.
Namun rupanya, Erry Nuradi merasa betah mengemban sisa masa jabatan. Seolah tak rela kursi ‘panas’ diserahkan ke pihak lain, Erry yang dengan segala kemampuan coba mengadu peruntungan. Ya, Pak Tengku (begitu orang menyebut) kembali digadang-gadang menyalonkan diri untuk duduk sebagai orang nomor satu di Pemprovsu.
Jargon ‘Paten’ mengemuka. Entah itu artian Pak Tengku Erry Nuradi, atau Paten dalam khiasan hebat, atau apalah penafsiran yang mengemuka. Pun demikian, gawean Sumut Paten seakan trade mark-nya Erry Nuradi.
Seiring perjalanan waktu, Erry kian diminati. Termasuk sejumlah partai politik (Parpol). Lebih kurang setahun memasuki Pilgubsu, Erry menyusun strategi. Lewat tim-tim handalnya, Erry berada di bawah naungan ‘Erry Centre’. Otomatis, pembentukan Erry Centre salah satu membuka ruang bagi pendukungnya maju di Pilgubsu.
Benar saja, satu persatu partai politik mulai meliriknya. Bermodal petahana, Erry sedikit demi sedikit mengumpulkan massa. Karena telah gembar-gembor dengan segala kapasitas dan kapabilitas petahana, alhasil Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) menyatakan dukungan.
Surat dukungan itu disampaikan Sekjen DPN PKPI, Imam Anshori Saleh dan diterima langsung Tengku Erry Nuradi di Medan pada awal Juni 2017 lalu.
Anshori mengatakan, keputusan dukungan kepada Tengku Erry Nuradi untuk kembali menjadi Gubernur Sumut setelah dilakukan kajian mendalam di lingkungan partai hingga lapisan masyarakat.
Anshori menegaskan seluruh pengurus, kader dan simpatisan PKPI se Sumatera Utara untuk mematuhi dan menjalankan surat dukungan kepada Tengku Erry Nuradi.
“Ketua umum AM Hendropriyono telah berpesan kepada kita semua pengurus dan kader PKPI di Sumut, agar bersatu memenangkan kembali Tengku Erry Nuradi menjadi gubernur Sumut mendatang,” katanya saat itu.
Usai dukungan PKPI, parpol lain pun coba ‘mengerlingnya’. Seperti Partai Golkar, Nasdem, PPP, dan PKB. Seketika Erry merasa di atas angin. Pasalnya, 32 kursi di DPRD Sumut telah digenggaman. Secara rincian, Partai Golkar (17 kursi), Nasdem (5 kursi), PPP (4 kursi) PKPI (3 kursi), dan PKB (3 kursi).
Sesuai UU 8/2015 tentang Pemilihan Kepala Daerah, partai politik atau gabungan partai politik, baru boleh mengajukan pasangan calon untuk tingkat provinsi dengan memiliki 20 persen suara atau 25 persen suara sah pemilu 2014.
Artinya, dengan mengantongi 20 kursi di DPRD Sumut, Erry Nuradi bisa memuluskan langkah mendaftar dalam pesta demokrasi lima tahunan itu. Malahan, Partai Golkar telah berkoar menyatukan visinya. Parpol dominan di kursi perwakilan rakyat Sumut ini mengajukan Ngogesa Sitepu, yang tak lain Ketua DPD Golkar Sumut.
Namun sayang, belum sempat melangkah dan berjuang, Bupati Langkat ini mengundurkan diri. Lagi-lagi Erry ditinggal sendiri. Hanya saja, tim Erry Centre nampaknya taklah bingung. Gambaran 32 kursi jadi pegangan.
Bulan November hingga Desember, cerita sesumbar parpol mulai memecah kesolidan. Terutama soal kisah dukung mendukung calon gubernur. Muncul beberapa nama yang dianggap lebih valid. Hal ini membuat parpol pendukung Erry mengalihkan pandangan.
Partai PKPI angkat kaki dari Erry Nuradi. Disusul Partai Golkar, PKB dan terakhir Nasdem. Erry yang notabene Ketua DPW Nasdem Sumut nyatanya tak didukung partainya sendiri. Cuma yang bertahan hingga limit pendaftaran di KPUD Sumut adalah Partai PPP.
Cemas tim Erry Centre memuncak. Berbekal 4 kursi (Partai PPP-red) di DPRD Sumut, mustahil Erry bisa melenggang. Di masa ‘kritis’ hitungan jam penutupan pendaftaran KPUD Sumut, DPP PPP mencabut mandat. Dukungan beralih ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang mengusung Djarot Saiful Hidayat dan Sihar Sitorus.
Dengan kata lain PDI-P berbekal 16 kursi DPRD Sumut bersama PPP (4 kursi), jagoan Megawati Soekarno Putri ini mulus mendaftarkan diri. Yang jadi pertanyaan, apakah Erry Nuradi tidak relevan dalam memimpin? Atau, nama Erry tidak populer! Apakah ‘mentahnya’ lima dukungan parpol terkait mahar politik.
Menyahuti hal ini, Sekretaris DPD Golkar Sumut Irham Buana mengatakan, partainya banting setir ke Edy-Ijeck karena kepentingan partai. Terlebih, untuk membangun Sumut ke arah yang lebih baik lagi.
Sejauh ini penarikan dukungan terhadap Erry Nuradi belum mendapat jawaban yang signifikan. Padahal berdasarkan hasil survei Lembaga Survey dan Polling Indonesia (SPIN) menunjukkan Djarot berada di urutan ketiga, setelah Tengku Erry Nuradi selaku Gubernur Sumatera Utara petahana.
Direktur SPIN Igor Dirgantara mengatakan, dalam riset yang dilakukan dengan wawancara sebanyak 1.262 responden dengan menggunakan tehnik multistage random samping itu, sosok Tengku Erry Nuradi memiliki nilai sempurna bagi masyarakat Sumatera Utara, yakni 93,56 persen disusul Edy Rahmayadi sebesar 74,96 persen dan Gus Irawan Pasaribu sebesar 65,89 persen.
“Hasil Survei SPIN ini menunjukkan bahwa Tengku Erry Nuradi adalah bakal Cagub paling dikenal di semua Golongan usia, suku, kelompok sosial ekonomi di Sumut disusul oleh Edy Rahmayadi di peringkat kedua, dan Gus Irawan Pasaribu di posisi ketiga. Ketika Responden ditanya siapakah Calon Gubernur yang paling disukai hari ini, nama Tengku Erry Nuradi mendapat 44,70 persen diikuti Dedy Rahmawati 19,34 persen dan Gus Irawan Pasaribu 9,23 persen,” katanya awal Januari lalu.
Sedangkan, terkait figur paling layak memimpin, Tengku Erry Nuradi memperhatikan dukungan sebesar 37,54 persen, Edy Rahmayadi sebesar 32,45 persen, Gus Irawan Pasaribu sebesar 10,21 persen. Sedangkan Djarot hanya memperoleh dukungan sebesar 9,10 persen.
“Dan jika Pilkada Sumatra Utara dilakukan hari ini, maka lagi-lagi Tengku Erry Nuradi juara dengan 23,89 persen, sementara Edy Rahmayadi mendapat 20,45 persen, Ngogesa Sitepu 8,26 persen, dan Djarot Syaiful Hidayat 6,21 persen, Gus Irawan Pasaribu 4,21 persen, dan yang belum memutuskan atau undecided voters sebesar 25,68 persen,” jelasnya.
Hasil Survei tersebut lanjutnya, menetapkan Tengku Erry Nuradi dan Edy Rahmayadi sebagai kandidat yang akan bersaing ketat dalam Pilkada Sumut 2018. Hanya saja, Tengku Erry Nuradi unggul bagi pemilih perempuan, yakni sebesar 23,3 persen, sedangkan Edy Rahmayadi unggul bagi pemilih laki-laki, yakni sebesar 24,2 persen.
“Persaingan keduanya terlihat dalam berbagai simulasi yang dilakukan, mulai dari 10 kandidat hingga empat kandidat. Intinya, jika Pilkada Sumut diikuti oleh empat Calon Gubernur, maka Tengku Erry Nuradi pemenangnya. Namun jika terdapat lima Calon Gubernur atau lebih, maka kompetisi akan berlangsung ketat antara Edy Rahmayadi dan Tengku Erry Nuradi sebagai petahana,” tutup Igor.
Terlepas dari hasil survei SPIN, pastinya Erry Nuradi turut menyerahkan surat dukungan Partai Nasdem kepada pasangan Letjen Edy Ramayadi-Musa Rajekshah. Menanggapi mundurnya parpol pendukung, kepada wartawan Erry Nuradi sempat bilang tetap legowo.
Mengetahui Erry Nuradi gagal manyalonkan diri, dukungan kepadanya terus mengalir. Kantor Gubernur Sumut di Jalan Diponegoro tampak dihiasi kiriman karangan bunga.
Kabiro Humas dan Keprotokolan Sekretariat Daerah Pemprov Sumut, Ilyas S Sitorus mengatakan, ratusan karangan bunga tersebut berasal dari relawan Tengku Erry.
Menurutnya, ucapan motivasi dan semangat dukungan itu sengaja diberikan oleh relawan atas kepemimpinan Tengku Erry yang menjabat sebagai Gubernur Sumut.
“Ada yang datang izin meletakkan karangan bunga. Memberi dukungan, motivasi dan menyemangati,” ujarnya. Sedangkan relawan pendukung Erry belum bisa mengambil sikap terkait kemana arah dukungan yang akan diberikan.
Hingga saat ini relawan masih menunggu arahan dari Erry, apakah memilih golput atau mendukung salah satu pasangan calon yang bertarung di Pilgub Sumut 2018.
Tak bisa dipungkiri Kharisma bakal calon Gubernur inkumben, Tengku Erry Nuradi punya pesona tersendiri bagi para relawan pendukung setianya.
Hal itu pula yang membuat relawan tetap komitmen kepada Gubernur Sumatera Utara tersebut. Dari hasil rapat, pertemuan di Rumah Silaturahmi Sumut Paten di Jalan Monginsidi, Medan, Jumat (12/1) kemarin, para relawan sepakat akan bertanya kepada Erry mau dibawa ke arah mana suara mereka.
Salah seorang koordinator relawan Tengku Erry Nuradi, yang berasal dari Sahabat Muda Paten, Muhammad Ari Suganda mengatakan dari seluruh pendukung, Paten punya dua juta relawan dan basis simpatisan, yang bisa di pertanggungjawabkan.
“Pokoknya kita akan tanya ke Paten kemana arah kita akan dibawa. Kalau memang diarahkan untuk tidak memilih bakal calon Gubernur manapun, kita siap,” kata Ari, Jumat (12/1).
“Kita akan tunjukkan bahwasannya yang tidak memilih mana pun akan menang di Pilkada Sumut,” tambahnya.
Ari menjelaskan bahwa Paten itu seorang negarawan, dia tidak akan menyuruh pendukungnya Golput. Maka dari itu, relawan masih menunggu keputusan dari Paten, karena relawan masih sayang dengan Gubernur sekarang Tengku Erry Nuradi.
“Kesimpulannya, kita akan tunggu jawaban Tengku Erry apakah relawan semua Golput, atau memilih A, B atau C. Relawan tetap komit sama Paten, bahwasannya Paten tidak sendiri,” katanya.
“Karena Paten juga masih mempunyai cita-cita untuk membangun Sumut. Jadi relawan harus mendukung niat mulia Tengku Erry untuk membangun Sumut,” pungkas Ari. Pastinya, ‘Paten’ kini terkubur, muncul Eramas Hebat dan Bermartabat. (P01)