MEDAN (podiumindonesia.com)- Nama Gatot Nurmantyo kian tenar.
Pria kelahiran 13 Maret 1960 tersebut makin bersinar setelah pergolakan menolak Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja. Bersama Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Gatot Nurmantyo digadang-gadang merupakan pesaing di Pilpres 2024 mendatang.
Hanya saja, kadang nama Gatot Nurmantyo kerap dikaitkan dengan status kepangkatan yang berada di pundaknya. Ya, masyarakat dalam penulisan masih menyebut embel-embel Jenderal. Pun sekarang status Gatot Nurmantyo adalah Purnawiran Jenderal.
“Yang kita soroti penulisan Jenderal Gatot Nurmantyo. Padahal Gatot Nurmantyo itu kan sudah pensiunan TNI. Penulisan gelar jabatan di masa lalunya Gatot yang keliru itu termasuk salah satu penyebab panasnya suhu politik di tanah air,” tegas T Syaiful Anhar, Alumni LikNas ’86’ GP Ansor di Medan, kemarin.
Tak pelak, penulisan gelar Jenderal itu, menurut T Syaif Anhar yang membuat Gatot CS besar kepala saat ini.
“Kawan-kawan dari media kita minta jangan merusak image TNI di mata rakyat. Karena perajurit sejati tidak berkoar-koar dijalanan,” imbau Syaiful.
Tokoh pemuda Langkat ini berharap rekan media lebih jeli dalam penulisan agar tidak memicu gejolak yang sedang memanas saat ini.
“Kita harap penulisan (purnawirawan Jenderal) diterterakan dalam tulisan atau bentuk spanduk dan sebagainya. Jangan sampai gegara gelar itu merusak tatanan dan menjadi ‘pemantik’ dalam aksi-aksi mengatasnamakan kepentingan rakyat,” tandasnya. (pi/tsunami)
