MEDAN (podiumindonesia.com) – Gagal menjadi anggota dewan jangan membuatmu frustasi dan hilang semangat. Begitulah kata almarhumah ibunda T Syaiful Anhar kepadanya saat itu.
Ketua Forum Karya Pemuda Sumatera Utara (FKP-SU) mengawali cerita pada beberapa awak media di Pantai Luas, Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu.
“Kegagalan saya di-pencaleg-an lalu banyak hikmahnya. Salah satu di antaranya saya bisa berkumpul kembali dengan kawan di masa tahun 70-an. Sambil bekerja di sini, kami dapat bernostalgia,” ujar pria murah senyum ini, kemarin.
Menurutnya, apa yang dikerjakan saat ini adalah amanah dari almarhumah ibundanya. “Saya hanya jalankan apa yang diamanahkannya. Di pantai ini saya menyadari arti kegagalan. Artinya, saya harus bangkit dan bangun. Alhamdulillah saat ini, Yayasan saya (FKP-SU) di Pantai Luas bisa mempekerjakan 100 pria perhari,” katanya.
Kapok Nyaleg
Ketika disinggung, apa masih punya niat untuk nyalon lagi di Pileg 2019. Syaiful sambil tersenyum pahit menyatakan tak berminat (Nyaleg) lagi.
“Karena menurut saya lebih banyak meruginya. Yang jelas uang habis, kekeluargaan bisa terputus dan sahabat bisa jadi rusak. Melihat dari situ saya kapok (jera-red),” imbuhnya.
Menurut Syaiful, uang Rp 170 juta yang diterima pada 7 April yang pastinya dua hari sebelum Pileg 2014 dari H.Saleh Bangun hanya menghasilkan 1.713 suara untuknya saat itu.
“Keluarga, kawan, sahabat semua mengharapkan uang dari calon. Makanya jangan pula heran, kalau sudah di dewan mereka tidak lagi peduli dengan pemilihnya. Anda-kan sudah kami bayar, kata mereka, kalo ada pendukung dan pemilih datang ke rumah atau ke kantor menjelang puasa, lebaran dan tahun baru,” tukasnya.
Alhamdulillah-nya, lanjut Syaful, dia tidak dalam rangkaian orang yang disumpahi para pemilih. Disinggung tentang bursa Cagub Sumut dan Cabup Langkat, Syaiful spontan mengatakan ‘Belanda masih jauh.
“Yang bermimpi jadi gubsu dan bupati, pikir-pikir dahulu tentang dosa masa lalu sebelum nyalon. Karena nanti bisa kesandung,” ujarnya.
Apalagi, kata dia, sebelum nyalon pasti ada sponsor-sponsor ‘siluman’ yang berharap keuntungan. Nah, andai berhasil, para sponsor akan menagih janji.
“Walau secara kata belece itu sumbangan umat atau apalah namanya, tapi itu kan jadi beban. Parahnya, ujung-ujungnya korupsi demi sponsor-sponsor ‘siluman’ itu,” seru Syaiful yang dulunya sebagai jurnalis ini.
Makanya, Syaiful menyarankan para kandidat yang ngotot bertarung di Pilkada, mereka (calon) harus mempersiapkan mental, iman, dan harga diri.
“Jangan gara-gara nafsu semata semuanya digadaikan. Mental, iman, marwah dan terutama dana dipertaruhkan nantinya. Mampu kah kita menepis segala godaan itu? Coba tepuk dada tanya selera,” tandas Syaiful. (PI-mdn)