ACEH TIMUR (podiumindonesia.com)- Wakapolres Aceh Timur Kompol Apriadi menyebutkan, masyarakat juga telah diungsikan ke tempat yang lebih aman. Mereka dilarang mendekati lokasi kejadian meskipun api mulai padam.
“Masyarakat sudah diungsikan radius 500 meter tidak boleh masuk. Kami khawatir masih ada gasnya,” kata Apriadi.
Apriadi mengatakan berdasarkan hasil sementara korban yang meninggal dan sudah teridentifikasi berjumlah 10 orang. Sementara korban yang mengalami luka berat sekitar 40 orang. “Jenazah sedang diidentifikasi, namun hasilnya belum ada,” ujarnya.
Terpisah, Bupati Aceh Timur Hasballah M. Thaib mengatakan para korban ledakan sumur minyak tersebut bukan pekerja tambang legal. Mereka adalah penduduk yang biasa menambang minyak secara ilegal.
“Persoalannya, mereka bukan pekerja tambang, tapi warga sekitar yang mengambil minyak yang tumpah, tiba-tiba apinya datang. Namun kami tetap bantu warga kita,” kata Hasballah.
Dia menyebut penambangan sumur ilegal bukan hanya dilakukan di satu titik. Menurut Hasballah, pihaknya telah mengirim surat kepada Pertamina agar ikut mengawasi para penambang liar tersebut.
“Sumur ilegal ini banyak, bukan hanya satu. Mereka ngebor di tanah sendiri keluar minyak, seperti mereka ngebor air di rumah-rumah. Makanya kami sulit mengendalikan,” katanya.
Hasballah mengklaim selama ini telah melakukan sosialisasi soal bahaya penambangan minyak ilegal. Meski demikian dia mengakui sulit mengontrol masyarakat. Menurutnya Pertamina adalah pihak yang berhak melarang penambang liar.
“Yang berhak melarang mereka adalah Pertamina, karena lokasi ini di Blok Pertamina,” ujar Hasballah. (PI/CNN)